
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mulai menunjukkan tanda stabilisasi setelah aksi jual asing besar pasca penghapusan dari indeks MSCI. Meski sempat tertekan, KLBF justru tetap kuat, memunculkan sinyal minat beli domestik yang menguat.
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menilai tekanan jual asing yang terjadi bersifat teknis, bukan perubahan fundamental.
“Aksi jual ini lebih flow-driven karena rebalancing. Dana pasif wajib melakukan penjualan, sehingga sell-off lebih bersifat mekanis dan tidak mencerminkan penurunan kualitas kinerja KLBF,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (26/11/2025).
Ia menambahkan, volatilitas jangka pendek masih mungkin terjadi, namun harga biasanya akan mencari level keseimbangan baru setelah distribusi selesai.
BUMA Internasional Grup (DOID) Siap Terbitkan Obligasi Global US$ 500 Juta
Penguatan harga yang terjadi di tengah aksi jual asing menurut Ekky menjadi indikasi bahwa tekanan jual mulai mereda. “Ada respons kuat dari investor domestik yang memanfaatkan valuasi murah. Kalau sentimen pasar stabil dan arus jual asing sudah menipis, penguatan KLBF masih bisa berlanjut sebagai technical rebound dari area oversold,” jelasnya.
Secara valuasi, KLBF disebut kembali berada di area menarik. PBV tercatat turun cukup dalam, sementara PER berada di bawah rata-rata lima tahunan, membuat KLBF lebih kompetitif dibanding emiten sejenis di sektor farmasi dan consumer health. “Dari perspektif jangka menengah, valuasinya sudah kembali atraktif,” kata Ekky.
Tahun depan, katalis potensial bagi KLBF datang dari stabilisasi rupiah yang bisa menurunkan tekanan biaya bahan baku impor, peningkatan kontribusi segmen consumer health, hingga efisiensi internal. Jika makro mendukung, perbaikan margin diperkirakan mulai terlihat seiring membaiknya biaya produksi dan sentimen sektor kesehatan.
Sementara untuk prospek 2026, Ekky memperkirakan pertumbuhan pendapatan dan laba KLBF berada di tren stabil, meski tidak agresif. Pendorongnya berasal dari pemulihan permintaan domestik, peluncuran produk baru, serta penguatan rantai pasok perusahaan. Margin juga berpotensi membaik bertahap jika kurs rupiah lebih terkendali.
Dengan mempertimbangkan fundamental dan valuasi, Ekky menilai KLBF masih layak dikoleksi untuk horizon 2026, terutama bagi investor yang mencari saham defensif berarus kas kuat. Namun bagi investor jangka pendek, strategi wait and see dinilai masih relevan hingga volatilitas pasca-rebalancing benar-benar mereda.
“KLBF mulai menarik di level sekarang. Jika momentum rebound bertahan, harga berpotensi kembali menuju area Rp1.600 sampai Rp1.700 dalam jangka menengah,” tutur Ekky.
IHSG Bergerak Liar di Awal Perdagangan Kamis (27/11), Meski Bursa Asia Menguat