SGRO Dilepas Sampoerna: Peluang Investasi atau Waktunya Jual?

Ifonti.com JAKARTA. Kabar mengejutkan datang dari Grup Sampoerna Strategic, yang baru saja mengumumkan pelepasan kepemilikannya di perusahaan kelapa sawit, PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO).

Langkah strategis ini dilakukan melalui Twinwood Family Holdings Limited, yang menjual seluruh kepemilikan sahamnya di SGRO. Total saham yang dilepas mencapai 1,19 juta lembar, setara dengan 65,72% dari total saham SGRO.

Berdasarkan keterbukaan informasi pada 20 November 2025, Twinwood Family Holdings Limited mengalihkan kepemilikan SGRO kepada AGPA Pte. Ltd., sebuah anak perusahaan dari raksasa asal Korea Selatan, Posco International Corporation (Posco International).

Presiden Direktur Grup Sampoerna, Bambang Sulistyo, menegaskan bahwa Grup Sampoerna tetap berkomitmen untuk berkontribusi pada perekonomian Indonesia melalui lini bisnis lainnya. Pihaknya juga terus mengkaji berbagai peluang baru yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan tren bisnis terkini.

Grup Sampoerna Jual Seluruh Saham Sampoerna Agro (SGRO) ke Posco International

Komitmen Grup Sampoerna terhadap Indonesia akan terus diwujudkan melalui berbagai lini bisnis strategis, termasuk PT Bank Sahabat Sampoerna, Sampoerna Kayoe, PT Sampoerna Land, dan juga melalui kegiatan filantropi pendidikan yang dijalankan oleh Putera Sampoerna Foundation.

“Kami sangat bersyukur telah menemukan rumah baru bagi SGRO. Kami yakin, pemilik baru ini akan menjadi tempat yang baik bagi seluruh karyawan dan membawa SGRO menuju prospek pertumbuhan bisnis yang lebih cerah di masa depan,” ungkap Bambang dalam keterangan resminya, Kamis (20/11/2025).

Bambang menambahkan bahwa industri kelapa sawit di Indonesia menarik minat banyak investor, baik dari dalam maupun luar negeri.

Namun, Grup Sampoerna meyakini bahwa Posco International adalah pemilik baru yang paling tepat untuk melanjutkan tren positif kinerja SGRO. Keyakinan ini didasari oleh pengalaman dan komitmen Posco International terhadap industri kelapa sawit di Indonesia, yang diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan.

Industri kelapa sawit Indonesia sendiri tengah mengalami pertumbuhan yang signifikan di kancah global. “Hal ini ditandai dengan pangsa produksi minyak sawit sekitar 60%, dengan ekspor minyak mentah sawit (Crude Palm Oil/CPO) mencapai kurang lebih 50% dari total ekspor global,” jelas Bambang.

Sampoerna Agro (SGRO) Catat Kenaikan Produksi TBS 14% Sepanjang Semester I-2025

Sebagai informasi tambahan, Posco International adalah perusahaan global asal Korea Selatan yang merupakan bagian dari Posco Group. Perusahaan ini memiliki beragam lini bisnis, mulai dari perdagangan, energi, baja, hingga agribisnis.

Jejak Posco di industri kelapa sawit Indonesia dimulai pada tahun 2011 dengan mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Papua Selatan melalui PT Bio Inti Agrindo. Saat ini, Posco International mengoperasikan tiga pabrik pengolahan minyak kelapa sawit dengan total produksi mencapai 210.000 ton minyak sawit per tahun. Selain itu, Posco International juga memiliki pabrik penyulingan minyak sawit di Balikpapan, Kalimantan Timur, dengan kapasitas produksi mencapai 500.000 ton per tahun.

Ikuti Mekanisme Pasar

Head of Investor Relation SGRO, Stefanus Darmagiri, menjelaskan bahwa nilai transaksi pengambilalihan saham ini akan mengikuti mekanisme pasar yang berlaku.

“Dengan adanya pergantian kepemilikan pengendali, kami akan segera menyampaikan jadwal RUPSLB dan proses tender offer sesuai dengan aturan yang berlaku,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (20/11/2025).

Lebih lanjut, Stefanus menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada aksi korporasi lanjutan dari SGRO setelah terjadinya penggantian pengendali.

Equity Analyst Phillip Sekuritas, Marvin Lievincent, menilai bahwa perubahan pengendali SGRO dari Grup Sampoerna ke Posco International merupakan aksi korporasi di tingkat pemegang saham.

“Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh manajemen, transisi ini tidak akan memberikan perubahan signifikan terhadap operasional, kondisi keuangan, maupun kelangsungan usaha perseroan,” katanya kepada Kontan, Kamis (20/11/2025).

Sementara itu, Head of Research KISI Sekuritas, Muhammad Wafi, menyampaikan bahwa aksi akuisisi ini merupakan sinyal strategis dari Grup Sampoerna, yang mulai merapikan portofolio non-core mereka. Di sisi lain, Posco International terlihat semakin agresif dalam mengembangkan bisnis agribisnisnya secara global.

Masuknya pemain besar seperti Posco International biasanya membawa dampak positif, seperti akses modal yang lebih kuat, peningkatan standarisasi operasional, potensi efisiensi dalam rantai pasokan, serta ekspansi hilir yang lebih terarah.

“Namun, ada juga risiko jangka pendek terkait penyesuaian manajemen dan perubahan arah bisnis,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (20/11/2025).

Prospek dan Rekomendasi

Marvin melihat bahwa prospek kinerja SGRO ke depan akan sangat bergantung pada faktor-faktor utama dalam industri kelapa sawit, seperti produksi tandan buah segar (TBS), harga CPO, kebijakan biodiesel, dan kondisi cuaca.

“Pengendali baru berpotensi memberikan stabilitas jangka panjang bagi SGRO, namun dampak strategisnya masih perlu kita lihat seiring dengan berjalannya proses integrasi,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Marvin belum memberikan rekomendasi khusus untuk saham SGRO saat ini.

Di sisi lain, Wafi melihat bahwa kinerja SGRO masih cukup prospektif. Hal ini didukung oleh fundamental CPO yang tetap stabil di kisaran harga tinggi, serta potensi manajemen modern dan ekspansi perkebunan yang mungkin dibawa oleh Posco International.

Katalis positif untuk SGRO antara lain restrukturisasi, efisiensi biaya, peluang belanja modal (capital expenditure/capex) baru, dan integrasi dengan jaringan Posco di Asia.

Sementara itu, sentimen negatif dapat berasal dari harga CPO yang fluktuatif, risiko capex besar yang dapat menekan margin awal, dan transisi manajemen yang dapat mempengaruhi tempo kinerja perusahaan.

Valuasi saham SGRO saat ini juga dinilai masih menarik. Price to book value (PBV) SGRO berada di angka 2,35x, yang masih di bawah rata-rata peers emiten CPO berkapitalisasi menengah (mid cap). Padahal, laporan keuangan SGRO menunjukkan perbaikan dengan leverage yang terkendali.

“Dengan potensi perubahan pengendali, pasar bisa mulai memperhitungkan premium untuk potensi turnaround. Valuasi SGRO saat ini belum mahal, masih undervalued, dan memiliki potensi untuk tumbuh,” katanya.

Berdasarkan analisis tersebut, Wafi merekomendasikan untuk membeli saham SGRO dengan target harga Rp 8.000 per saham.

SGRO Chart by TradingView

Ringkasan

Grup Sampoerna Strategic melalui Twinwood Family Holdings Limited melepas seluruh kepemilikannya, sebesar 65,72%, di PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) kepada AGPA Pte. Ltd., anak perusahaan Posco International Corporation. Presiden Direktur Grup Sampoerna, Bambang Sulistyo, menyatakan keyakinannya bahwa Posco International akan membawa SGRO menuju prospek pertumbuhan bisnis yang lebih cerah. Nilai transaksi pengambilalihan saham ini akan mengikuti mekanisme pasar yang berlaku.

Analis menilai perubahan pengendali ini sebagai langkah strategis Grup Sampoerna untuk merapikan portofolio non-core mereka, sementara Posco International semakin agresif mengembangkan bisnis agribisnisnya. Prospek SGRO ke depan akan bergantung pada faktor-faktor industri kelapa sawit seperti produksi TBS dan harga CPO, namun masuknya Posco International berpotensi memberikan stabilitas jangka panjang. KISI Sekuritas merekomendasikan untuk membeli saham SGRO dengan target harga Rp 8.000 per saham.