Simak Dampak Rebalancing Indeks FTSE Bagi Emiten-Emiten Ini

Ifonti.com JAKARTA. Bursa saham Indonesia kembali disorot dengan pengumuman penting dari Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell mengenai perubahan susunan konstituen Indeks FTSE Global Equity Indonesia. Perubahan yang berlaku untuk periode September 2025 ini berpotensi memberikan keuntungan signifikan bagi saham-saham yang berhasil masuk, terutama dalam jangka pendek.

Berdasarkan rilis resmi FTSE Russell, emiten PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) menjadi sorotan utama. Saham perusahaan ini secara resmi ditambahkan ke kategori emiten berkapitalisasi besar atau FTSE GEIS Large Cap dengan bobot free float mencapai 25,4272%. Ini menandakan peningkatan kepercayaan dan potensi likuiditas yang lebih besar untuk saham tersebut.

Di sisi lain, tidak semua emiten bernasib sama. Saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), misalnya, harus tersingkir dari kategori emiten kapitalisasi menengah (mid cap) dalam indeks prestisius ini. Pergerakan ini tentu akan menarik perhatian para investor yang mengikuti kinerja bank tersebut.

Perubahan juga terjadi di segmen emiten kapitalisasi mikro (micro cap). Sejumlah nama baru berhasil menembus indeks ini, antara lain PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN), PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BHIT), PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA), PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (CNMA), PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO), dan PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Tbk (ULTJ).

Namun, beberapa emiten lainnya harus rela terlempar dari jajaran micro cap Indeks FTSE. Mereka adalah PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST), PT Dana Brata Luhur Tbk (TEBE), PT IMC Pelita Logistik Tbk (PSSI), PT Murni Sadar Tbk (MTMH), PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI), PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), dan PT Uni-Charm Indonesia Tbk (UCID).

Menanggapi perubahan ini, Analis sekaligus VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menilai bahwa masuknya saham DSSA ke indeks FTSE, setelah sebelumnya juga menjadi bagian dari MSCI Global Index, akan semakin meningkatkan sorotan dari pelaku pasar. Menurut Audi, peningkatan likuiditas ini berpotensi memicu lonjakan harga saham DSSA dalam jangka pendek.

“Masuknya saham kapitalisasi besar ke FTSE juga akan mendorong passive inflow asing, terutama dari produk ETF yang memiliki tolok ukur ke FTSE yang biasanya digunakan oleh dana pensiun dan investor institusi Eropa,” ujar Audi, Minggu (24/8/2025). Hal ini mengindikasikan dampak positif yang lebih besar bagi emiten berkapitalisasi besar dibandingkan kategori lainnya.

Sebaliknya, Audi memperkirakan efek rebalancing indeks FTSE ini akan relatif lebih minim bagi emiten yang masuk ke kategori micro cap. Ini disebabkan oleh bobot emiten tersebut yang lebih kecil dalam perhitungan indeks FTSE. “Dampak bagi emiten yang keluar dari FTSE micro cap juga cenderung minor karena bobotnya kecil,” tambah Audi, menyoroti perbedaan signifikan antara kategori kapitalisasi.

Euforia Sesaat

Dihubungi secara terpisah, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, memperkuat pandangan bahwa emiten-emiten yang berhasil masuk ke indeks FTSE memang berpeluang mengalami lonjakan harga saham dalam jangka pendek. Ia menyebut fenomena ini sebagai “euforia sesaat” yang akan terasa setidaknya hingga perubahan susunan konstituen FTSE Global Equity berlaku efektif setelah penutupan perdagangan pada 19 September 2025 atau 22 September 2025 mendatang.

Setelah periode euforia ini berakhir, Nafan menekankan bahwa pergerakan harga saham emiten penghuni baru indeks FTSE kemungkinan besar akan kembali dipengaruhi oleh perkembangan kinerja fundamental perusahaan. “Nantinya, investor atau fund manager akan kembali mencermati prospek usaha emiten anggota FTSE pada masa mendatang,” imbuh Nafan, Minggu (24/8). Ini menjadi pengingat penting bagi investor untuk tidak hanya terpaku pada sentimen sesaat.

Meskipun demikian, Audi menyarankan agar investor tetap dapat memanfaatkan momentum spekulasi pasar dalam jangka pendek untuk emiten yang baru masuk ke dalam indeks FTSE. Namun, ia kembali menekankan pentingnya fokus pada aspek fundamental, mengingat dampak rebalancing indeks FTSE diprediksi tidak signifikan terutama untuk kategori micro cap. Audi merekomendasikan trading buy untuk saham MIDI dengan target harga Rp 500 per saham dan DSSA dengan target harga Rp 86.400 per saham. Sementara itu, Nafan menyarankan investor untuk mengambil sikap wait and see terhadap saham-saham penghuni baru indeks FTSE, menunjukkan strategi yang lebih berhati-hati.