Simak strategi pilih saham saat gerak IHSG yang tak sesuai fundamental

Ifonti.com – JAKARTA. Di tengah volatilitas pasar saham, investor sebaik memasang strategi lebih tajam agar tetap mendapatkan keuntungan dari portofolionya.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus tampil perkasa. Kamis (11/12/2025) pukul 09.47 WIB, IHSG menguat 0,45% ke level 8.739,94. 

Di tengah kenaikan IHSG hari ini, investor asing justru keluar. Pada perdagangan Rabu (10/11/2025), terjadi net sell sebesar Rp 126,27 miliar di pasar reguler.

Sejak awal tahun, IHSG mampu melesat 22,90% year to date (YTD). Sejalan dengan hari ini, net sell asing tercatat Rp 43,08 triliun YTD.

Melansir data di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), price to earning (PER) IHSG ada di level 15,76x dan price to book value (PBV) 2,51x.

Waskita Karya (WSKT) Gadai Rekening Rp 221,44 Miliar ke Bank BRI (BBRI)

Pada perdagangan Rabu (10/12/2025), saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Darma Henwa Tbk (DEWA), PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Sentul City Tbk (BKSL), dan PT Humpuss Maritim International Tbk (HUMI) jadi emiten yang diperdagangkan dengan volume tertinggi.

Di sesi tersebut, saham BUMI diperdagangkan sebanyak 21,01 miliar saham, DEWA 4,4 miliar saham, GOTO 3,35 miliar, BKSL 2,89 miliar, dan HUMI 2,71 miliar.

Melihat nilai transaksinya, BUMI hari ini diperdagangkan senilai Rp 6,64 triliun, DEWA Rp 1,81 triliun, PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) Rp 1,58 triliun, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) Rp 1,58 triliun, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 1,15 triliun.

Sementara dari frekuensinya, hari ini BUMI diperdagangkan 430,29 ribu kali, DEWA 144,16 ribu kali, HUMI 124,13 ribu kali, PT GTS International Tbk (GTSI) 99,18 ribu kali, dan COIN 91,69 ribu kali.

Artinya, ada kecenderungan pasar tak lagi cenderung memilih saham berfundamental bagus, tetapi lebih kepada sentimen aksi korporasi.

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata melihat, dalam tiga bulan terakhir, lima saham dengan rata-rata volume terbesar adalah BUMI, GOTO, DEWA, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), dan BKSL.

Sementara, lima saham dengan rata-rata nilai transaksi terbesar dalam tiga bulan terakhir adalah BBCA, BUMI, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan BRMS. 

Cek Rekomendasi Saham SSIA, DOOH, BRMS, RAJA, RATU dan BBYB untuk Hari Ini (11/12)

Ini menunjukkan saham-saham terafiliasi dengan Grup Bakrie menjadi selera pasar dalam tiga bulan terakhir akibat adanya berbagai rencana proyek dan katalis corporate action.

“Saham perbankan menarik karena menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia yang saat ini masih dihargai di bawah pasar,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (10/12/2025).

Sementara, Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su menilai, BBRI, BBCA, BMRI, dan PT Petrosea Tbk (PTRO) menjadi saham dengan nilai average value traded terbesar dalam satu bulan terakhir.

“Dalam sebulan terakhir, BBRI diperdagangkan senilai Rp 1,1 triliun, BBCA Rp 981 miliar, BMRI Rp 916 miliar, dan PTRO Rp 373 miliar secara year to date (YTD),” katanya kepada Kontan.

Strategi dan Rekomendasi Saham  

Liza mengatakan, ada berbagai cara untuk mencari saham murah di tengah volatilitas pasar saat ini. Salah satunya yang paling umum adalah dengan perbandingan PER di bawah 15x, PBV di bawah 2x, ataupun diperdagangkan di bawah rata-rata peers sektornya. 

Memasuki tahun 2026, ada sejumlah saham yang dinilai bisa dicermati di tengah situasi saat ini. Yakni, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Enegi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Astra International Tbk (ASII), BBRI, dan BBCA.

Saham-saham tersebut mewakili kombinasi sektor consumer staples, healthcare, plantation, telekomunikasi, infrastruktur jalan tol, energi migas, industrial/otomotif, dan perbankan. 

“Pemilihan sembilan saham ini didasarkan pada valuasi yang masih menarik, fundamental yang solid, serta katalis pertumbuhan yang jelas memasuki tahun 2026,” katanya.

JPFA dipilih karena prospek pertumbuhan volume dan average selling price (ASP) yang kuat seiring penguatan permintaan protein dan kebijakan culling atau grand parent stock (GPS).

IHSG Menguat pada Perdagangan Kamis (11/12) Pagi, EXCL, BUMI, ADMR Top Gainers LQ45

Sementara itu, KLBF mewakili sektor kesehatan yang defensif dengan momentum penjualan yang tetap tinggi. SSMS menjadi proksi emiten sawit (CPO) dengan dukungan program B50 dan kondisi suplai yang ketat.

Untuk TLKM, ada katalis besar spin-off PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF) yang membuka peluang penambahan nilai dari aset fiber optik. JSMR diproyeksikan diuntungkan oleh kenaikan trafik tol, penyesuaian tarif, dan potensi turunnya biaya bunga.

ENRG dipilih untuk eksposur migas dengan tren produksi yang meningkat. Sedangkan, ASII menjadi pemain kunci di tengah potensi pemulihan daya beli dan penurunan suku bunga di segmen otomotif.

“Sementara dua bank besar, BBRI dan BBCA, tetap menjadi tulang punggung portofolio berkat valuasi fair to undervalue, perbaikan kualitas kredit, dan ekspektasi re-rating seiring pemulihan ekonomi nasional,” ungkapnya.

Harry berpandangan, di tengah IHSG yang tidak selalu mencerminkan fundamental, saham dengan valuasi murah dan fundamental solid dapat ditemukan di sektor konsumer. 

Misalnya, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan KLBF yang menunjukkan pemulihan penjualan dan margin yang lebih baik berkat penurunan biaya input. 

  TLKM Chart by TradingView  

Sentimen positif berasal dari pemulihan konsumsi dan stabilisasi harga komoditas. Untuk sektor perbankan, BBCA masih menarik, meskipun optimismenya harus dipandang secara hati-hati. 

Sebab, risiko likuiditas telah banyak mereda dan perhatian pasar kini beralih pada kualitas pertumbuhan pinjaman serta kemampuan BBCA untuk mempertahankan net interest margin (NIM) di tengah dinamika pembiayaan yang berubah. 

“Harapannya kualitas aset BBCA tetap stabil, didorong oleh penurunan suku bunga pinjaman dan lingkungan makro yang membaik,” tuturnya.

Harry pun merekomendasikan beli untuk TLKM, ICBP, dan BBCA yang punya prospek solid dan valuasi menarik. Target harga masing-masing ada di level Rp 3.900 per saham, Rp 12.800 per saham, dan Rp 9.600 per saham.