Ifonti.com JAKARTA. PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL), emiten penyedia alat berat terkemuka, secara resmi menapaki langkah strategis ke sektor pertambangan pada tahun ini. Ekspansi ambisius ini diharapkan tidak hanya membuka keran pendapatan baru yang signifikan, tetapi juga memperkuat sinergi dengan lini bisnis inti perseroan yang telah ada.
Untuk melancarkan penetrasi ke industri tambang, SMIL mengadopsi skema joint operation (JO), bermitra dengan pemain-pemain berpengalaman di sektor ini. Kolaborasi penting ini melibatkan PT Sarana Cipta Minergi (SCM), yang dipimpin oleh Hadi Suhermin, sosok yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur SMIL. Selain itu, dua perusahaan tambang lokal, PT Barakara dan PT ATOZ, turut bergabung sebagai mitra strategis. Kedua entitas lokal ini merupakan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) di area konsesi tujuan, tepatnya di Painan, Sumatra Barat.
Winston Suhermin, Direktur Keuangan SMIL, menjelaskan alasan di balik pemilihan skema joint operation ini. Menurutnya, pendekatan tersebut krusial untuk memuluskan langkah perseroan dalam menggarap bisnis pertambangan yang sepenuhnya baru bagi SMIL. “Skema joint operation sangat membantu perseroan dalam memasuki bisnis baru dengan sinergi bersama pemain sejenis yang telah lama malang melintang di bidangnya,” terang Winston kepada Kontan, Rabu (9/10/2025).
Dalam kemitraan ini, SMIL mengambil peran sentral sebagai penyedia armada alat berat utama, dengan mengerahkan sebanyak 50 unit vital. Peralatan ini mencakup dump truck, excavator, dozer, serta berbagai alat penunjang operasional lainnya. Dengan dukungan infrastruktur alat berat yang kuat ini, lokasi tambang di Painan diproyeksikan mampu menghasilkan produksi awal batubara sekitar 200.000 metrik ton per bulan untuk jenis GAR 7.000 kcal. Angka ini bahkan berpeluang melonjak signifikan hingga 500.000 metrik ton setiap bulannya.
Dengan kapasitas angkut yang mumpuni dari alat berat yang dikerahkan, SMIL berpotensi mengelola hingga 4 juta ton batubara per tahun. Kolaborasi strategis ini diperkirakan akan menyumbang tambahan pendapatan berulang (recurring income) bagi SMIL mencapai Rp 40 miliar setiap tahun. “Pendapatan ini diperkirakan mulai tercatat pada laporan keuangan semester I tahun 2026,” tambah Winston, optimis.
Pada kesempatan terpisah, Hadi Suhermin, Presiden Direktur SMIL, menegaskan bahwa ekspansi ke sektor pertambangan bukan sekadar upaya diversifikasi sumber pendapatan. Lebih dari itu, langkah ini juga bertujuan memperkuat sinergi antara unit-unit usaha yang telah ada. Bisnis pertambangan baru ini diharapkan dapat meningkatkan utilisasi armada SMIL secara berkelanjutan, sekaligus memantapkan posisi perseroan dalam rantai pasok pertambangan nasional yang strategis.
Ekspansi ini menandai sebuah milestone penting bagi perjalanan SMIL. Perseroan berambisi untuk tidak hanya bergantung pada satu sektor, melainkan bertransformasi menjadi perusahaan yang lebih dinamis dengan portofolio bisnis yang terdiversifikasi. “Sektor pertambangan kami yakini akan menjadi salah satu motor pertumbuhan utama yang mampu menciptakan nilai berkelanjutan (sustainable value) bagi seluruh pemegang saham,” pungkas Hadi Suhermin.
Dengan proyeksi produksi batubara yang menjanjikan, mencapai setengah juta ton per bulan, dan didukung oleh armada alat berat modern yang mumpuni, SMIL sangat optimistis. Ekspansi ini diprediksi berpotensi menyumbang kontribusi pendapatan hingga ratusan miliar rupiah setiap bulannya, menegaskan ambisi besar perseroan di sektor baru ini.
Optimistis Bisnis Forklift Listrik Prospektif
Selain fokus pada ekspansi ke sektor pertambangan, SMIL yang resmi melantai di bursa pada 12 Mei 2023 ini juga tak henti berupaya mengoptimalkan utilisasi bisnis utamanya, yaitu penyewaan forklift. Perusahaan berhasil mencatatkan tingkat utilisasi yang impresif, mencapai 80% dari total 4.500 unit forklift yang dimilikinya saat ini.
Saat ini, SMIL mengoperasikan dua lini bisnis utama. Lini pertama adalah penyewaan forklift, yang menjadi tulang punggung operasional perseroan. Lini kedua, yang baru dirintis pada tahun 2024, adalah penjualan forklift. Dalam segmen penjualan ini, SMIL telah dipercaya sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) untuk forklift merek HELI di Indonesia, sebuah merek yang seluruh produknya telah berbasis elektrik.
Kinerja finansial SMIL menunjukkan pertumbuhan yang solid. Hingga akhir Juni 2025, pendapatan dari segmen penyewaan forklift tercatat sebesar Rp 203,44 miliar, melonjak 14,21% secara Year-on-Year (YoY) dibandingkan Rp 178,11 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, dari lini penjualan forklift yang baru, SMIL berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 6,81 miliar dalam kurun waktu tersebut.
Secara agregat, total pendapatan SMIL pada semester I-2025 mengalami peningkatan substansial sebesar 18,04% YoY, mencapai Rp 210,25 miliar, naik dari Rp 178,11 miliar. Kinerja positif ini turut tercermin pada lonjakan laba bersih tahun berjalan, yang melonjak impresif 37,28% YoY menjadi Rp 50,35 miliar, dibandingkan Rp 36,68 miliar pada periode sebelumnya. Angka-angka ini jelas menggarisbawahi performa keuangan SMIL yang sangat apik di paruh pertama tahun ini.
Winston Suhermin memaparkan bahwa pertumbuhan kinerja gemilang ini didorong oleh peningkatan permintaan yang konsisten, baik untuk forklift elektrik maupun diesel. Ia mencatat adanya lonjakan permintaan forklift elektrik sebesar 40% YoY, sementara permintaan forklift diesel juga naik 20% YoY. Sektor-sektor yang paling banyak menyumbang permintaan signifikan meliputi industri kertas, terutama dari Grup Sinarmas, serta sektor barang konsumsi.
“Kenaikan permintaan forklift elektrik tidak terlepas dari keunggulannya yang lebih efisien, ramah lingkungan, serta proses perawatan atau maintenance yang jauh lebih mudah,” jelas Winston, merinci daya tarik utama produk ini.
Selain itu, kemudahan operasional menjadi nilai tambah lain bagi forklift elektrik, ditambah dengan ketersediaan infrastruktur pengisian daya yang semakin memadai. SMIL sendiri turut berperan aktif dalam mendukung ekosistem ini dengan menyediakan fasilitas pengisian daya di seluruh lokasi produksi pelanggan, memastikan kelancaran operasional bagi para pengguna.
Dari total 4.500 unit forklift yang dimiliki, 45% di antaranya adalah forklift elektrik. Komitmen SMIL terhadap aspek Environmental, Social, and Governance (ESG) sangat kuat. Hal ini tercermin dari target ambisius pada tahun 2029, di mana SMIL berencana mentransformasi kepemilikan forklift, sehingga tiga dari empat alat yang dimiliki akan berbasis elektrik.
Lebih jauh, pada tahun 2030, perseroan menargetkan sekitar 75% dari total pendapatan akan berasal dari segmen penyewaan forklift listrik, menandakan arah strategis yang jelas menuju bisnis yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Guna menopang dan menggenjot kinerja secara berkesinambungan, SMIL mengalokasikan belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp 200 miliar setiap tahunnya. Anggaran signifikan ini dialokasikan untuk pengadaan unit-unit forklift baru, termasuk investasi pada baterai lithium canggih, serta berbagai peralatan pengangkut material lainnya.
Dengan berbagai strategi dan proyeksi yang telah dicanangkan, SMIL optimistis dapat membukukan kinerja akhir tahun yang memuaskan. Perseroan membidik kenaikan pendapatan hingga Rp 420 miliar dan laba bersih sebesar Rp 100 miliar pada penutupan tahun ini, menegaskan prospek cerah di masa mendatang.
Ringkasan
PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL) melakukan ekspansi ke sektor pertambangan melalui skema joint operation dengan PT Sarana Cipta Minergi (SCM), PT Barakara, dan PT ATOZ. SMIL berperan sebagai penyedia alat berat dengan target produksi batubara awal sebesar 200.000 metrik ton per bulan, berpotensi naik hingga 500.000 metrik ton. Kolaborasi ini diharapkan menyumbang pendapatan berulang sebesar Rp 40 miliar per tahun mulai semester I tahun 2026 dan memperkuat sinergi unit usaha yang sudah ada.
Selain ekspansi ke pertambangan, SMIL juga fokus pada bisnis penyewaan forklift, terutama forklift elektrik yang permintaannya meningkat. Hingga Juni 2025, pendapatan dari segmen penyewaan forklift mencapai Rp 203,44 miliar, meningkat 14,21% YoY, dan laba bersih melonjak 37,28% YoY menjadi Rp 50,35 miliar. SMIL menargetkan kenaikan pendapatan menjadi Rp 420 miliar dan laba bersih sebesar Rp 100 miliar pada akhir tahun ini.