SMRA: Peluncuran Proyek Baru Angkat Rekomendasi Saham Summarecon Agung?

JAKARTA. PT Sumarecon Agung Tbk (SMRA) berhasil menunjukkan kinerja gemilang sepanjang tahun ini dengan peningkatan signifikan pada pendapatan marketing sales atau prapenjualan properti. Pertumbuhan impresif ini didorong oleh strategi peluncuran proyek yang tepat sasaran di berbagai lokasi strategis.

Per September 2025, prapenjualan SMRA melonjak 34% secara tahunan (year-on-year/yoy), mencapai angka Rp 3,6 triliun. Capaian ini sudah setara dengan 71% dari target tahunan yang dicanangkan perseroan, menandakan momentum positif dalam bisnis properti Sumarecon Agung.

Analis Maybank Sekuritas Indonesia, Kevin Halim, menyoroti bahwa lonjakan prapenjualan ini adalah buah dari kesuksesan peluncuran proyek-proyek di kuartal III-2025, yang mayoritas mencatat tingkat serapan di atas 70%. Hal ini menjadi indikator kuat daya tarik produk SMRA di pasar. Salah satu contoh cemerlang adalah proyek “Soultan Island” di Bekasi yang berhasil terjual habis. Dengan harga Rp 20 miliar per unit, proyek properti ini sukses mengantongi Rp 200 miliar dalam marketing sales. Kevin menambahkan dalam risetnya pada 17 Oktober 2025, “Hal ini mencerminkan status township unggulan dan ketahanan segmen menengah ke atas.”

Selain “Soultan Island”, proyek properti Sumarecon lainnya yang berskala lebih kecil turut berkontribusi positif. Sebut saja “Rona Homes” di Tangerang dan “Chelia” di Crown Gading, yang masing-masing mencatat tingkat penyerapan 70% dan 85%. Dari kedua proyek ini, SMRA membukukan penjualan sekitar Rp 20 miliar dan Rp 55 miliar. Namun demikian, tidak semua proyek berjalan mulus; proyek “Xandari” di Bandung, dengan harga unit antara Rp 11 miliar hingga Rp 23 miliar, menunjukkan penjualan yang lambat dengan hanya dua unit yang terjual. Kevin menjelaskan bahwa ini disebabkan oleh status township yang masih terbilang baru.

Saham Big Banks Selasa (28/10): BBCA dan BBRI Melemah, BMRI Menguat, BBNI Stagnan

Fundamental Analyst BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand, memberikan pandangan tambahan mengenai faktor pendorong capaian marketing sales SMRA. Menurutnya, keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan insentif fiskal Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 100%. Selain itu, permintaan yang kuat di kawasan township dengan infrastruktur lengkap, serta aksesibilitas yang meningkat melalui JORR 2, turut menjadi angin segar bagi SMRA di tengah perlambatan sektor properti. Abida menegaskan, “Kombinasi strategi produk, lokasi premium, dan stimulus fiskal memperkuat daya serap pasar.”

Abida juga menyoroti superioritas brand equity Sumarecon Agung yang tercermin dari kesuksesan “Soultan Island”. Ini mengimplikasikan strategi diversifikasi pasar yang efektif, di mana perseroan mampu mengandalkan segmen premium yang lebih tahan terhadap fluktuasi makroekonomi, sembari tetap menargetkan volume penjualan dari segmen menengah yang diuntungkan oleh PPN DTP. Meskipun kontribusi “Soultan Island” relatif kecil terhadap total marketing sales, keberhasilan penjualan produk ultra-luxury ini menegaskan kapasitas SMRA untuk bersaing di segmen atas, bahkan di tengah tantangan pelemahan daya beli.

Melihat ke depan, Abida Massi Armand memprediksi SMRA berpotensi besar diuntungkan oleh prospek pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI), yang akan memicu peningkatan permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Namun demikian, Abida juga mengingatkan investor untuk tetap waspada terhadap potensi risiko normalisasi laba di tahun 2025, serta ketidakpastian mengenai kelanjutan insentif PPN DTP. Jika insentif tersebut berkurang, dorongan utama penjualan untuk segmen menengah bisa melemah, sehingga SMRA akan semakin bergantung pada kebijakan moneter yang lebih longgar untuk mempertahankan momentum pertumbuhan.

Kevin Halim dari Maybank Sekuritas turut optimistis bahwa SMRA masih berpeluang besar untuk mencapai target prapenjualan Rp 5 triliun pada tahun fiskal 2025. Proyeksi ini didukung oleh rencana peluncuran beberapa proyek tambahan di kuartal IV-2025, meskipun Kevin juga mewanti-wanti bahwa hasil penjualan yang tidak sesuai ekspektasi bisa menjadi risiko. Dengan mempertimbangkan berbagai faktor ini, baik Kevin maupun Abida sama-sama merekomendasikan “beli” saham SMRA, dengan target harga masing-masing Rp 640 dan Rp 800 per saham.

IHSG Terkoreksi 0,30% ke 8.092, Top Losers LQ45: UNVR, AMMN dan ASII, Selasa (28/10)

Ringkasan

PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) mencatatkan peningkatan prapenjualan properti sebesar 34% secara tahunan, mencapai Rp 3,6 triliun per September 2025, didorong oleh peluncuran proyek yang sukses seperti “Soultan Island”. Keberhasilan ini juga didukung oleh insentif PPN DTP dan permintaan yang kuat di kawasan township dengan infrastruktur lengkap. Namun, proyek “Xandari” di Bandung menunjukkan penjualan yang lambat.

Analis merekomendasikan “beli” saham SMRA, dengan target harga bervariasi, karena optimisme terhadap potensi pemangkasan suku bunga BI yang dapat meningkatkan permintaan KPR dan potensi pencapaian target prapenjualan tahunan. Risiko normalisasi laba di tahun 2025 dan ketidakpastian kelanjutan insentif PPN DTP perlu diwaspadai, karena dapat mempengaruhi momentum pertumbuhan penjualan segmen menengah.