Ifonti.com, JAKARTA — Kabar gembira bagi para investor! SpaceX, perusahaan antariksa terkemuka yang didirikan Elon Musk, dikabarkan tengah mempersiapkan diri untuk melantai di bursa saham melalui penawaran umum perdana (IPO) yang direncanakan pada paruh kedua tahun 2026.
Informasi ini, yang pertama kali dilaporkan oleh The Information, telah beredar di kalangan investor dan lembaga keuangan, seperti dilansir Reuters pada Sabtu (6/12/2025). Rencananya, SpaceX mempertimbangkan untuk menawarkan seluruh saham perusahaan, termasuk unit bisnis internet satelitnya yang revolusioner, Starlink.
Sebelumnya, Elon Musk memang pernah menyatakan bahwa Starlink baru akan Go Public setelah mencapai stabilitas pendapatan. Jadi, IPO ini menjadi tonggak penting bagi perusahaan antariksa ambisius ini.
Kabar mengenai rencana IPO ini muncul bersamaan dengan laporan tentang penjualan saham sekunder SpaceX yang berpotensi mendongkrak valuasi perusahaan hingga mencapai angka fantastis, US$800 miliar, atau sekitar Rp13,32 kuadriliun. Angka ini hampir dua kali lipat dari valuasi sebelumnya yang tercatat sebesar US$400 miliar (sekitar Rp6,66 kuadriliun).
Jika valuasi tersebut tercapai, SpaceX akan mengungguli OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, sebagai perusahaan privat dengan nilai tertinggi di dunia. Saat ini, OpenAI diperkirakan memiliki valuasi sebesar US$500 miliar, atau setara dengan Rp8,33 kuadriliun, menurut data dari Crunchbase.
Menurut laporan Wall Street Journal, CFO SpaceX, Bret Johnsen, telah menginformasikan kepada para investor mengenai rencana penjualan saham sekunder ini dalam beberapa hari terakhir. Sementara itu, Bloomberg melaporkan bahwa harga saham orang dalam (insider shares) yang akan dilepas diperkirakan berada di kisaran US$300 per lembar, atau sekitar Rp5 juta per saham. Dengan harga tersebut, valuasi SpaceX diperkirakan mencapai US$560 miliar, atau sekitar Rp9,32 kuadriliun.
Baca Juga: KSAD: TNI AD Kerahkan Puluhan Perangkat Starlink ke Lokasi Bencana Sumatra
Di sisi lain, persaingan di industri antariksa Amerika Serikat semakin memanas. SpaceX dan Blue Origin, perusahaan milik Jeff Bezos, terus berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan roket, satelit, dan misi ke bulan, menandai babak baru dalam perlombaan antariksa.
Baca Juga: SpaceX Tunda Peluncuran Satelit Nusantara Lima untuk Kedua Kali karena Cuaca
Valuasi fantastis seperti ini semakin umum di pasar privat. TechCrunch melaporkan bahwa OpenAI saat ini bernilai sekitar US$500 miliar (Rp8.325 triliun), sementara Anthropic dilaporkan naik menjadi US$350 miliar (Rp5.827 triliun) setelah menerima investasi besar dari Microsoft dan Nvidia.
Tren ini mengindikasikan bahwa perusahaan teknologi kini mampu mencapai valuasi setara dengan perusahaan publik meskipun masih berstatus privat. Penjualan saham sekunder memberikan likuiditas yang dibutuhkan tanpa harus terbebani dengan laporan kinerja kuartalan yang ketat.
Baca Juga: Deretan 10 Orang Terkaya di Dunia Desember 2025, Elon Musk Masih Teratas
SpaceX, yang didirikan pada tahun 2002, saat ini mendominasi bisnis peluncuran roket komersial. Selain itu, perusahaan ini juga mengoperasikan Starlink, layanan internet satelit yang telah menjangkau lebih dari 8 juta pelanggan di seluruh dunia per November lalu. Dengan potensi IPO di depan mata, masa depan SpaceX terlihat semakin cerah.
Ringkasan
SpaceX dikabarkan tengah mempersiapkan IPO yang direncanakan pada paruh kedua tahun 2026, termasuk unit bisnis Starlink. IPO ini merupakan tonggak penting setelah Elon Musk sebelumnya menyatakan Starlink akan go public setelah stabil pendapatannya.
Bersamaan dengan rencana IPO, valuasi SpaceX berpotensi melonjak hingga US$800 miliar (Rp13,32 kuadriliun) melalui penjualan saham sekunder. Harga saham orang dalam diperkirakan sekitar US$300 per lembar, yang dapat memvaluasi SpaceX sekitar US$560 miliar (Rp9,32 kuadriliun).