JAKARTA – Pasar investasi tanah air kembali diwarnai dengan penawaran instrumen Surat Berharga Negara (SBN) ritel, kali ini melalui Sukuk Ritel Seri SR023. Namun, imbal hasil atau kupon SBN yang ditawarkan oleh Pemerintah menunjukkan tren penurunan. Terbaru, untuk seri SR023 ini, Pemerintah menetapkan kupon sebesar 5,80% per tahun untuk tenor tiga tahun (SR023T2) dan 5,95% per tahun untuk tenor lima tahun (SR023T5).
Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan penawaran sebelumnya. Sebagai perbandingan, pada instrumen Savings Bond Retail (SBR) seri SBR014 yang dibuka pada periode 14 Juli hingga 7 Agustus 2025, bunga yang ditawarkan masih berada di level 6%. Bahkan, SBR014 yang terbagi menjadi dua seri, yakni tenor dua tahun (SBR014T2) dan empat tahun (SBR014T4), masing-masing menawarkan kupon sebesar 6,25% dan 6,35% dengan jenis floating with floor.
Menanggapi penawaran ini, Fixed Income Analyst Pefindo, Ahmad Nasrudin, melihat rentang kupon SR023 yang ditetapkan masih dalam koridor ideal. Ia menyebutkan, imbal hasil yang optimal untuk seri tiga tahun berada di kisaran 5,5%–5,8%, dan 5,7%–6,1% untuk seri lima tahun. Mengacu pada data Bloomberg per Kamis (21/8/2025), yield pasar untuk tenor tiga tahun tercatat 5,6% dan 5,8% untuk tenor 10 tahun.
Meskipun kupon SBN ritel cenderung menurun, Ahmad Nasrudin tetap optimis SR023 memiliki prospek cerah untuk menarik minat investasi.
“Secara historis, suku bunga SR023 lebih tinggi daripada deposito. Ini tentu saja menarik minat untuk menabung masyarakat dengan mengalokasikan dana mereka ke SR023 daripada deposito,” ujar Ahmad kepada Kontan, Jumat (22/8).
Keunggulan lain dari SR023 dibanding deposito adalah adanya pembayaran kupon bulanan, yang memungkinkan investor memperoleh passive income secara berkala. Selain itu, dengan perkiraan tren penurunan suku bunga yang berpotensi terus berlanjut, investor juga memiliki peluang untuk meraih capital gain dari kenaikan harga obligasi di pasar sekunder jika mereka memutuskan untuk menjualnya.
Senada, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, turut menyoroti daya tarik SR023. Ia membandingkan imbal hasil SR023 yang jauh lebih tinggi ketimbang suku bunga deposito di bank-bank BUMN, yang rata-rata hanya berkisar 3,5%–4,5% saat ini. Faktor pembeda lainnya adalah tarif pajak investasi. Pajak untuk SR023 hanya 10%, separuh dari tarif pajak deposito sebesar 20%.
“Artinya, effective yield bersih investor menjadi sekitar 5,22% untuk SR023T3 dan 5,36% untuk SR023T5 setelah pajak. Angka ini tergolong atraktif untuk instrumen aman yang dijamin 100% negara,” terang Josua. Dengan penurunan suku bunga Bank Indonesia yang telah terjadi dan potensi penurunan lanjutan, instrumen fixed rate seperti SR023 menjadi semakin menarik karena berpeluang mengalami kenaikan harga di pasar sekunder.
Meski demikian, perlu dicermati perbandingan dengan obligasi Fixed Rate (FR) di pasar sekunder yang menawarkan yield lebih tinggi, berkisar 6,5%–6,7% sebelum pajak untuk tenor 3–5 tahun. Setelah dipotong pajak, yield bersih FR memang sedikit lebih tinggi, sekitar 5,5%–5,7%, dibandingkan SR023.
Namun, Josua Pardede menekankan bahwa aksesibilitas FR bagi investor ritel tidak selalu mudah, mengingat minimum pembelian yang besar dan risiko fluktuasi harga harian. “FR mungkin lebih menarik bagi investor institusi atau yang mencari yield maksimal, tetapi untuk investor ritel, SR023 lebih praktis, aman, dan memberikan pengalaman investasi yang terstruktur,” pungkasnya.
Ringkasan
Sukuk Ritel Seri SR023 menawarkan kupon 5,80% per tahun untuk tenor tiga tahun (SR023T2) dan 5,95% per tahun untuk tenor lima tahun (SR023T5). Meskipun kupon ini sedikit lebih rendah dibandingkan SBR014 sebelumnya, analis Pefindo menilai rentang ini masih ideal. SR023 dianggap menarik karena suku bunganya lebih tinggi daripada deposito dan memberikan kupon bulanan, memberikan potensi passive income.
Kepala Ekonom Bank Permata juga menyoroti daya tarik SR023, terutama karena imbal hasilnya lebih tinggi dari suku bunga deposito bank BUMN dan tarif pajaknya lebih rendah (10% vs 20%). Meskipun obligasi Fixed Rate (FR) di pasar sekunder mungkin menawarkan yield lebih tinggi, SR023 lebih praktis, aman, dan terstruktur untuk investor ritel dengan aksesibilitas yang lebih mudah.