Mengejutkan pasar, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ), operator jaringan Mayapada Hospital yang dimiliki oleh Dato Sri Tahir, mencatat rugi bersih sebesar Rp 65,55 miliar pada semester I-2025. Angka ini berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana SRAJ masih membukukan laba Rp 9,65 miliar. Menariknya, penurunan profitabilitas ini terjadi di tengah pertumbuhan pendapatan SRAJ yang solid, naik 4,94% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 1,18 triliun dari Rp 1,13 triliun. Manajemen SRAJ pun buka suara mengenai penyebab di balik tertekannya kinerja emiten rumah sakit ini.
Menurut Arie Farisandi, Sekretaris Perusahaan SRAJ, pemicu utama kerugian ini adalah lonjakan beban keuangan yang signifikan. Biaya tersebut muncul sebagai konsekuensi dari investasi besar untuk mendanai serangkaian ekspansi rumah sakit yang ambisius. Tercatat, beban keuangan SRAJ melesat hampir dua kali lipat, dari Rp 86,29 miliar menjadi Rp 175,24 miliar pada semester pertama 2025. Saat ini, SRAJ sedang menggarap lima proyek strategis, termasuk pembangunan dua rumah sakit baru yakni Mayapada Hospital Jakarta Timur dan Mayapada Apollo Batam International Hospital, serta perluasan di Tower 3 Mayapada Hospital Jakarta Selatan dan Mayapada Hospital Surabaya 1. Seluruh proyek ekspansi ini diharapkan rampung secara bertahap antara awal 2026 hingga 2027, menandai komitmen SRAJ dalam memperluas jangkauan layanannya.
Meskipun demikian, Arie menekankan bahwa di tengah tantangan ekonomi yang ada, SRAJ patut bangga dengan capaian pertumbuhan pendapatan sekitar 5% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan penjualan yang resilien ini tidak lepas dari berbagai langkah strategis yang diterapkan oleh manajemen. Di antaranya adalah upaya berkelanjutan untuk memperkuat kemitraan dengan pihak asuransi serta komitmen teguh untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien. Peningkatan ini mencakup perbaikan alur pelayanan, efisiensi waktu tunggu, pengasahan kompetensi tenaga medis, dan peluncuran beragam program pelayanan inovatif yang berpusat pada pasien.
Tak hanya itu, Mayapada Hospital juga secara konsisten berinvestasi dalam memperkenalkan teknologi medis terkini. Inisiatif ini bertujuan ganda: menarik lebih banyak dokter spesialis terkemuka, sekaligus secara fundamental meningkatkan kualitas layanan dan mempercepat pemulihan pasien. Sebagai contoh nyata, Mayapada Hospital Surabaya kini telah mengadopsi sistem robotik canggih bernama VELYS untuk membantu dokter dalam operasi penggantian lutut total. Sementara itu, Mayapada Hospital Jakarta Selatan tengah bersiap meluncurkan layanan PET-CT Scan yang mutakhir, sebuah langkah krusial untuk memperkuat divisi onkologi dan penanganan kanker.
Untuk mengembalikan dan memoles kinerja SRAJ ke jalur profitabilitas, perusahaan akan memfokuskan strategi pada optimalisasi operasional rumah sakit yang sudah berjalan, serta terus meningkatkan layanan yang didukung teknologi medis modern. Penguatan kerja sama dengan berbagai mitra strategis juga menjadi prioritas utama. Arie Farisandi optimistis bahwa proyek-proyek ekspansi yang saat ini sedang berlangsung akan mulai memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan dan kinerja perusahaan dalam beberapa tahun mendatang. Untuk mendukung ambisi ini, SRAJ telah mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar Rp 700 miliar tahun ini, di mana 85% di antaranya telah terserap. Dengan semua upaya ini, SRAJ menargetkan pertumbuhan pendapatan mencapai 12% secara tahunan (YoY) hingga akhir 2025.
Ringkasan
PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ), operator Mayapada Hospital, mencatat rugi bersih Rp 65,55 miliar pada semester I-2025, berbanding terbalik dengan laba Rp 9,65 miliar tahun sebelumnya. Kerugian ini terjadi meskipun pendapatan SRAJ meningkat 4,94% menjadi Rp 1,18 triliun. Lonjakan beban keuangan akibat investasi ekspansi rumah sakit menjadi penyebab utama kerugian.
Manajemen SRAJ menjelaskan bahwa beban keuangan meningkat akibat pendanaan ekspansi, termasuk pembangunan rumah sakit baru dan perluasan fasilitas yang ada. SRAJ menargetkan pertumbuhan pendapatan 12% hingga akhir 2025 dengan fokus pada optimalisasi operasional, peningkatan layanan, investasi teknologi medis, dan penguatan kemitraan strategis. Proyek ekspansi diharapkan mulai berkontribusi positif terhadap pendapatan dalam beberapa tahun ke depan.