WEGE Kejar Target: Kontrak Baru Seret, Ini Strateginya!

JAKARTA – PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) atau yang dikenal sebagai Wika Gedung, tengah merumuskan strategi agresif untuk mengejar target nilai kontrak signifikan di tahun 2025. Ambisi perseroan ini mencuat di tengah realisasi kontrak baru yang masih berada di angka Rp 116 miliar hingga saat ini, sebuah capaian yang baru sekitar 6% dari target tahunan sebesar Rp 1,9 triliun.

Direktur Pemasaran & QHSE WEGE, Tomo Dwihasputro, menjelaskan bahwa perubahan kebijakan pemerintahan serta adanya efisiensi anggaran telah memengaruhi fokus di sektor konstruksi, yang pada gilirannya berdampak pada perolehan kontrak yang belum sesuai ekspektasi. Meskipun demikian, Tomo menegaskan optimisme Wika Gedung bahwa target Rp 1,9 triliun akan tercapai pada akhir tahun 2025. Keyakinan ini didorong oleh sejumlah proses tender proyek besar yang sedang berjalan dan ditargetkan akan dikantongi pada kuartal terakhir tahun ini.

Setidaknya, enam proyek baru menjadi tumpuan harapan WEGE untuk mengukuhkan posisi mereka di akhir tahun. Salah satu yang paling menonjol adalah proyek pembangunan gedung lembaga legislatif dan yudikatif di Ibu Kota Nusantara (IKN). Proyek ini diperkirakan akan diumumkan pada Oktober 2025 dan berada di bawah naungan Otorita IKN. Dengan total nilai mencapai sekitar Rp 8 triliun, WEGE berharap dapat memenangkan salah satu paket proyek tersebut, yang untuk pengerjaannya akan memerlukan skema Kerja Sama Operasional (KSO) dengan kontraktor lain mengingat skala proyek yang masif.

Selain IKN, WEGE juga tengah menantikan pengumuman pemenang tender proyek di Provinsi DKI Jakarta. Proyek rumah susun ini terdiri dari dua paket, dengan masing-masing paket memiliki nilai kontrak sekitar Rp 250 miliar. Selanjutnya, perseroan turut membidik tender pembangunan gedung untuk salah satu lembaga jasa keuangan di Kota Medan, Sumatera Utara, serta proyek dari perusahaan BUMN sektor keuangan. Meskipun belum dapat memastikan kemenangan, WEGE mengungkapkan bahwa posisi penawaran mereka dalam tender-tender tersebut sangat kompetitif, bahkan seringkali menempati peringkat teratas.

Tak hanya itu, WEGE juga sedang menjalani proses penjajakan atau beauty contest untuk proyek gedung salah satu perusahaan BUMN sektor kesehatan yang bernilai sekitar Rp 1 triliun. Untuk proyek ini, kolaborasi melalui KSO dengan kontraktor lain yang bergerak di bidang EPCC (Engineering, Procurement, Construction, and Commissioning) sangat dibutuhkan karena cakupan dan nilai kontrak yang besar. Prospek lain yang dinanti adalah proyek Kementerian Perhubungan di Kota Medan, Sumatera Utara, yang pengumumannya dijadwalkan pada akhir tahun 2025.

Tomo Dwihasputro menambahkan, portofolio proyek juga mencakup inisiatif yang berkaitan dengan program Sekolah Rakyat (SR), serta pembangunan beberapa gedung di Universitas Brawijaya (UB) dan di Bogor. Dalam upaya meraih proyek-proyek ini, Wika Gedung menerapkan strategi pemasaran yang bersifat non-konvensional. Ini termasuk menggandeng investor dan menjalin kerja sama strategis dengan berbagai universitas untuk menciptakan proyek-proyek inovatif dengan pola Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) atau skema di luar tender konvensional, menempatkan WEGE sebagai integrator yang mampu merangkai berbagai pihak untuk mewujudkan proyek-proyek ambisius tersebut.

Ringkasan

PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) berupaya mengejar target kontrak baru sebesar Rp 1,9 triliun di tahun 2025, meskipun realisasi saat ini baru mencapai 6%. Perubahan kebijakan pemerintah dan efisiensi anggaran di sektor konstruksi menjadi tantangan, namun WEGE optimis target akan tercapai dengan mengandalkan beberapa tender proyek besar yang sedang berjalan, termasuk proyek di Ibu Kota Nusantara (IKN).

WEGE mengincar enam proyek utama, termasuk pembangunan gedung lembaga legislatif dan yudikatif di IKN senilai Rp 8 triliun, proyek rumah susun di DKI Jakarta, dan proyek gedung lembaga keuangan di Medan. Perseroan juga menjajaki proyek BUMN sektor kesehatan senilai Rp 1 triliun dan proyek Kementerian Perhubungan di Medan, serta menerapkan strategi pemasaran non-konvensional seperti menggandeng investor dan universitas.