Harga Emas Tembus Rekor Baru di Atas US$ 4.000 per Ons, Investor Berburu Aset Aman

Ifonti.com – Pasar emas dunia kembali mengukir sejarah! Pada perdagangan Selasa (7/10/2025), harga emas berhasil menembus level psikologis US$ 4.000 per ons untuk pertama kalinya, mencatatkan rekor baru yang signifikan. Lonjakan impresif ini didorong oleh ekspektasi pasar akan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) serta meningkatnya permintaan terhadap aset aman di tengah gejolak politik dan ketidakpastian ekonomi global yang terus berlanjut.

Rincian menunjukkan bahwa kontrak emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup menguat 0,7%, mencapai posisi US$ 4.004,4 per ons. Angka ini bahkan sempat menyentuh level tertinggi US$ 4.014,6 dalam sesi perdagangan. Tidak hanya itu, harga emas spot juga ikut terkerek naik 0,6%, mencapai US$ 3.985,82 per ons. Angka ini hampir menyamai rekor sepanjang masa di US$ 3.990,85 yang sempat tercapai pada awal sesi. Sebagai informasi, pasar emas spot mengacu pada transaksi over-the-counter (OTC) di London yang berfungsi sebagai acuan harga global.

Menurut Peter Grant, Wakil Presiden sekaligus ahli strategi logam senior di Zaner Metals, arus deras dana safe haven menjadi pendorong utama di balik kenaikan spektakuler ini. “Permintaan emas masih sangat kuat, terutama karena penutupan sebagian pemerintahan AS yang belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir,” jelasnya. Situasi ini secara langsung meningkatkan kekhawatiran investor dan mendorong mereka mencari perlindungan pada aset yang dianggap stabil.

Kinerja emas sepanjang tahun ini memang terbilang luar biasa. Sejak awal 2025, harga emas telah melesat hingga 51%. Berbagai faktor berperan dalam reli emas yang fenomenal ini, termasuk prospek penurunan suku bunga The Fed, ketidakpastian politik di berbagai belahan dunia, pembelian agresif oleh bank sentral global, derasnya arus masuk dana ke ETF emas, serta pelemahan signifikan pada dolar AS.

Penutupan sebagian pemerintah AS yang kini telah memasuki hari ketujuh semakin membuat investor ekstra hati-hati. Kondisi ini menunda publikasi sejumlah data ekonomi penting, memaksa pasar untuk hanya mengandalkan data sekunder dalam membaca arah kebijakan moneter The Fed. Alhasil, investor kini semakin yakin akan adanya pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan ini, dengan potensi penurunan tambahan yang diperkirakan terjadi di bulan Desember.

Selain dinamika domestik AS, situasi global juga turut menambah keresahan pasar. Gejolak politik yang terjadi di Prancis dan Jepang telah mengguncang pasar valuta asing dan obligasi di kawasan tersebut. Di sisi lain, Bank Sentral Tiongkok kembali menunjukkan dominasinya dengan menambah cadangan emas pada bulan September, menandai pembelian emas selama 11 bulan berturut-turut. Tren ini menunjukkan strategi jangka panjang bank sentral untuk mendiversifikasi aset mereka.

Optimisme investor terhadap prospek emas semakin diperkuat setelah Goldman Sachs menaikkan proyeksi harga emas untuk Desember 2026 menjadi US$ 4.900 per ons, naik dari estimasi sebelumnya di US$ 4.300. Revisi positif ini didasarkan pada analisis derasnya arus dana yang mengalir ke ETF emas di kawasan Barat, serta tren pembelian yang konsisten oleh bank sentral global.

Meskipun emas bersinar terang, pergerakan logam mulia lainnya justru bervariasi. Perak spot terkoreksi 1,4% ke level US$ 47,86 per ons, sementara platinum melemah 0,5% menjadi US$ 1.617,41 per ons. Di sisi lain, paladium menunjukkan kekuatan dengan kenaikan 2,1% menjadi US$ 1.347,52 per ons, menyoroti perbedaan sentimen pasar di antara komoditas berharga ini.