Ifonti.com JAKARTA – Sektor emiten tambang emas di Indonesia tengah menikmati periode keemasan seiring melonjaknya harga emas dunia yang terus mencetak rekor fantastis. Kenaikan dramatis ini memberikan angin segar dan prospek cerah bagi para pelaku di industri pertambangan logam mulia.
Pada Selasa (14/10/2025), harga emas global secara mengejutkan mencapai level tertinggi baru, menembus angka US$ 4.179 per ons troi. Pencapaian rekor ini dipicu oleh ketegangan dagang yang terus meningkat antara Amerika Serikat (AS) dan China, mendorong investor mencari aset ‘safe haven’ seperti emas dan meningkatkan minat terhadap investasi emas.
Michael Wildon Ng, Research Analyst Verdhana Sekuritas Indonesia, menyoroti bahwa lonjakan harga emas global secara signifikan memicu momentum revaluasi bagi emiten emas Indonesia. Menurutnya, industri ini kini berada di awal siklus pertumbuhan baru yang menjanjikan.
Kinerja Indeks Hijau Meredup, Analis Sebut Saham Sektor Ini yang Jadi Penopangnya
Michael menjelaskan, ada beberapa pendorong utama di balik pertumbuhan ini: keberhasilan eksplorasi yang efektif, penambahan kapasitas produksi, serta momentum positif dari Initial Public Offering (IPO). Faktor-faktor ini secara kolektif menciptakan fondasi yang kuat untuk ekspansi sektor tambang emas di Tanah Air.
Dalam kalkulasinya, sektor tambang emas Indonesia diproyeksikan mampu mencatatkan rata-rata pertumbuhan laba tahunan majemuk (CAGR) sebesar 45% dalam periode 2026–2029. Angka impresif ini didukung oleh peningkatan produksi dan dimulainya operasi tambang bawah tanah yang baru. Michael juga memperkirakan bahwa total shareholder return (TSR) sektor ini berpotensi mencapai 45% pada tahun 2026, ditopang oleh pertumbuhan laba yang solid dan berkelanjutan.
Keberhasilan IPO PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS) disebut sebagai salah satu contoh nyata momentum rerating yang tengah dinikmati sektor ini. Dengan valuasi setara US$ 377 per ons cadangan emas berdasarkan harga IPO, EMAS telah menetapkan tolok ukur baru yang signifikan bagi industri tambang emas Indonesia.
Michael turut memproyeksikan bahwa PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) akan menjadi motor penggerak pertumbuhan baru. Hal ini seiring dengan dimulainya proyek tambang bawah tanah mereka dan peningkatan kadar emas yang berhasil diproduksi. Ekspansi yang terencana matang serta monetisasi cadangan baru diharapkan akan menjaga momentum pertumbuhan jangka panjang sektor ini.
Selain itu, akuisisi aset emas Doup oleh PT United Tractors Tbk (UNTR) juga dinilai sebagai langkah strategis yang cerdas. Akuisisi ini tidak hanya menambah nilai strategis perusahaan, tetapi juga memperkuat profil pertumbuhan laba UNTR di masa depan, menjadikannya pemain penting di tengah dinamika investasi emas.
Valuasi Saham Bank Ada di Titik Nadir, Ini Rekomendasi Indo Premier Sekuritas
Meskipun emiten tambang emas menghadapi tantangan berupa tekanan biaya—terutama akibat kenaikan royalti sebesar 60% dan implementasi mandat biodiesel B40—Michael menegaskan bahwa profitabilitas sektor ini tetap tangguh. Kebijakan tersebut memang mendorong kenaikan biaya produksi hingga kisaran US$ 1.500 per troi ons hingga US$ 1.800 per troi ons.
Namun, Michael menjelaskan bahwa selisih antara harga jual emas yang tinggi dan biaya produksi masih cukup lebar. Hal ini memungkinkan emiten emas di Indonesia untuk mempertahankan margin kas yang sehat, rata-rata di kisaran 45%–50%, membuktikan efisiensi operasional yang kuat meskipun ada penyesuaian biaya.
ARCI Chart by TradingView
Berdasarkan analisisnya, Verdhana Sekuritas menempatkan ARCI sebagai pilihan utama di sektor tambang emas. Rekomendasi “beli” juga diberikan untuk saham-saham seperti INDY, EMAS, BRMS, dan UNTR. Michael menekankan bahwa valuasinya masih sangat menarik dan prospek laba yang menjanjikan menjadikan saham-saham ini patut diperhitungkan.
“Kami tetap merekomendasikan beli untuk saham-saham emas tersebut karena valuasinya masih menarik dan prospek laba yang menjanjikan. Indonesia berada di posisi strategis untuk memanfaatkan siklus emas global berikutnya,” pungkas Michael, menegaskan potensi besar investasi di sektor emas Indonesia.
Ringkasan
Sektor emiten tambang emas di Indonesia sedang menikmati masa keemasan karena harga emas dunia mencetak rekor tertinggi, mencapai US$ 4.179 per ons troi. Lonjakan harga ini dipicu oleh ketegangan dagang AS-China, yang mendorong investor mencari aset safe haven. Kenaikan harga emas secara signifikan memicu momentum revaluasi bagi emiten emas Indonesia, menandai awal siklus pertumbuhan baru yang menjanjikan didukung oleh eksplorasi yang efektif, peningkatan kapasitas produksi, dan IPO.
Sektor tambang emas Indonesia diproyeksikan mencatatkan pertumbuhan laba tahunan majemuk (CAGR) sebesar 45% dari 2026-2029, didorong oleh peningkatan produksi dan tambang bawah tanah baru. Verdhana Sekuritas merekomendasikan saham ARCI sebagai pilihan utama, serta merekomendasikan “beli” untuk saham INDY, EMAS, BRMS, dan UNTR. Meskipun ada tantangan biaya seperti kenaikan royalti, emiten emas diperkirakan tetap mempertahankan margin kas yang sehat karena selisih antara harga jual emas dan biaya produksi yang tinggi.