Rebound Saham Eks MSCI: Tekanan Asing Mereda, Saatnya Beli?

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Setelah dikeluarkan dari indeks MSCI, sejumlah saham memang masih menghadapi tekanan jual dari investor asing. Namun, angin segar mulai berhembus, dengan beberapa saham menunjukkan sinyal pemulihan. Pada penutupan perdagangan Rabu (26/11/2025), saham Kalbe Farma (KLBF) berhasil ditutup menguat 2,03% di level 1.255. Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) juga mengikuti dengan kenaikan tipis 0,29% ke posisi 8.600. Sementara itu, Selamat Sempurna (SMSM) sedikit melemah 0,57% menjadi 1.740, dan Ultrajaya (ULTJ) stabil di 1.515.

Herditya Wicaksana, Analis MNC Sekuritas, menjelaskan bahwa tekanan jual asing ini sebenarnya merupakan hal yang lumrah terjadi setelah proses rebalancing MSCI.

“Dalam setiap rebalancing, pasti ada saham yang masuk dan keluar. Saham-saham yang dikeluarkan tentu saja mengalami outflow dana. Namun, secara teknikal, beberapa saham sudah menunjukkan kecenderungan rebound setelah proses rebalancing,” ungkap Herditya kepada Kontan, Rabu (26/11/2025).

Aksi Net Sell Asing pada Saham Eks MSCI Mulai Reda, Cermati Rekomendasi Analis

Herditya melihat prospek teknikal beberapa saham masih cukup menjanjikan. Menurutnya, KLBF berpotensi menguji area 1.320 hingga 1.350, sementara ULTJ diperkirakan akan menuju level 1.560. MNC Sekuritas bahkan memberikan rekomendasi add untuk KLBF dengan target harga 1.665, serta accumulative buy untuk ICBP dengan target 11.925.

Dari sisi fundamental, Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, meyakini bahwa sektor-sektor yang terkait dengan saham-saham eks MSCI tetap memiliki prospek yang cerah. Ia menyoroti kekuatan konsumsi domestik sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Permintaan masih sangat kuat. Pertumbuhan ekonomi kita stabil di angka 5%, dan lebih dari separuhnya didorong oleh konsumsi. Fundamentalnya tetap solid,” jelas Nafan.

Lebih lanjut, Nafan memprediksi bahwa tekanan akibat rebalancing akan segera mereda, membuka peluang pemulihan bagi saham-saham terkait. “Biasanya, tekanan akan berkurang setelah proses rebalancing selesai, sehingga potensi rebound tetap terbuka lebar,” imbuhnya. Penurunan harga bahan baku juga menjadi sentimen positif bagi emiten konsumer, ditambah lagi dengan faktor musiman seperti Natal dan Ramadan yang jatuh lebih awal di tahun depan.

Nafan berpendapat bahwa valuasi saham-saham eks-MSCI saat ini sudah berada di bawah nilai wajarnya, sehingga menjadi momentum yang menarik untuk melakukan akumulasi secara selektif. “Beberapa saham sudah berada di area oversold, jadi peluang akumulasi kembali terbuka lebar,” katanya.

Sementara itu, dari sudut pandang teknikal, Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, memaparkan analisisnya terhadap masing-masing saham eks MSCI.

Masuk MSCI, Harga Saham di BEI Ini Malah Terkoreksi, Investor Harus Jual / Beli?

Untuk SMSM, Liza mengamati bahwa pergerakan harga semakin menyempit dan mendekati titik krusial. “Harga akan segera menentukan arah, apakah akan break ke atas atau ke bawah,” ujarnya. SMSM memiliki support di rentang Rp 1.710 hingga Rp 1.740 dan resistance di Rp 1.820 hingga Rp 1.880 serta Rp 1.950 hingga Rp 2.000. Ia menilai posisi saat ini masih cukup spekulatif.

Untuk ULTJ, Liza mengatakan bahwa harga saat ini berada di area penentuan, apakah akan melanjutkan tren bearish atau membentuk pola bullish reversal inverted head and shoulders. Kuncinya terletak pada level neckline di Rp 1.545 hingga Rp 1.565.

Buy atau average up hanya disarankan jika sudah break secara valid,” tegasnya. Target harga berada di Rp 1.700 dan Rp 1.850, dengan support di Rp 1.400 hingga Rp 1.415.

Pada KLBF, harga masih berada dalam tren penurunan jangka panjang sejak tahun 2023, namun mulai menunjukkan stabilitas di atas MA10 serta beberapa kali menguji MA20.

Buy atau average up secara bertahap dapat dilakukan jika berhasil break MA20 dan MA50, di rentang 1.265 hingga 1.300,” kata Liza.

Target harga KLBF berada di Rp 1.410 hingga Rp 1.430, kemudian Rp 1.600, hingga Rp 1.700 sampai Rp 1.800. Sementara itu, support berada di Rp 1.170 hingga Rp 1.200.

Adapun ICBP masih berkutat dalam tren penurunan jangka panjang, namun berpotensi mengalami rebound terbatas jika mampu menembus resistance trendline jangka pendek di atas 8.650. Target harga berada di 8.950 hingga 9.000, 9.200 hingga 9.300, hingga 10.000. Liza menekankan bahwa valuasi ICBP saat ini sudah tergolong murah setelah harga turun hingga mendekati level terendah pada September 2022.

Secara keseluruhan, para analis sepakat bahwa meskipun tekanan jual asing masih terasa, sebagian saham eks MSCI mulai memasuki fase stabilisasi. Peluang akumulasi terbuka, namun investor disarankan untuk menunggu konfirmasi level teknikal penting sebelum mengambil posisi yang lebih agresif.

Ringkasan

Sejumlah saham yang dikeluarkan dari indeks MSCI mengalami tekanan jual, namun menunjukkan sinyal pemulihan. Analis melihat potensi teknikal yang menjanjikan pada saham seperti KLBF dan ULTJ. MNC Sekuritas memberikan rekomendasi beli untuk KLBF dan ICBP, sementara Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyoroti fundamental sektor konsumsi domestik yang kuat sebagai penopang.

Para analis meyakini tekanan akibat rebalancing akan mereda, membuka peluang rebound bagi saham-saham terkait. Valuasi saham eks-MSCI dinilai sudah oversold, meskipun investor disarankan menunggu konfirmasi level teknikal penting sebelum mengakumulasi. Analisis teknikal dari Kiwoom Sekuritas memberikan panduan level support dan resistance untuk SMSM, ULTJ, KLBF, dan ICBP.