Ifonti.com JAKARTA – Indeks dolar Amerika Serikat (AS) terpantau melemah, membuka jalan bagi penguatan signifikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pergerakan ini menjadi sorotan utama di pasar valuta asing.
Mengutip data Bloomberg, rupiah spot berhasil ditutup menguat tajam sebesar 0,54% ke level Rp 16.202 per dolar AS pada perdagangan Rabu (13/8/2025). Tren positif ini juga tercermin dari data Jisdor Bank Indonesia (BI), di mana rupiah menguat 0,37% ke posisi Rp 16.237 per dolar AS, menandai hari yang kuat bagi mata uang domestik.
Rupiah Kembali Menguat pada Rabu (13/8), Ekonom Beberkan Pemicunya
Menurut Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, penguatan rupiah yang terjadi pada hari itu tidak lepas dari beberapa faktor krusial. Penurunan data inflasi di Amerika Serikat menjadi pendorong utama, yang secara langsung meningkatkan ekspektasi pasar akan potensi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada September 2025. Harapan akan kebijakan moneter yang lebih longgar inilah yang menjadi penyebab utama tekanan pada pergerakan dolar AS.
Selain ekspektasi penurunan suku bunga, sentimen negatif terhadap dolar AS juga muncul akibat kekhawatiran seputar independensi The Fed. Sutopo mengungkapkan, hal ini dipicu oleh pernyataan dari Gedung Putih terkait kemungkinan tindakan hukum terhadap Ketua The Fed, Jerome Powell. Perkembangan ini menambah ketidakpastian dan turut menekan kinerja dolar AS di pasar global.
Ekspektasi Pemangkasan Bunga The Fed Tekan Dolar, Rupiah Bisa Menguat?
Mengenai prospek pergerakan rupiah pada perdagangan Kamis (14/8/2025), Sutopo memperkirakan bahwa perhatian pasar akan tetap terfokus pada sinyal lanjutan terkait kebijakan moneter The Fed. Setiap petunjuk, baik yang memperkuat maupun melemahkan ekspektasi penurunan suku bunga, diprediksi akan sangat memengaruhi fluktuasi dolar AS dan, pada gilirannya, arah pergerakan rupiah.
Sutopo juga menekankan bahwa sentimen pasar secara keseluruhan terhadap aset-aset berisiko (risk-on atau risk-off) akan menjadi faktor penentu penting lainnya. Mempertimbangkan berbagai dinamika ini, Sutopo memprediksi pergerakan rupiah pada Kamis (14/8) akan cenderung stabil, diperkirakan berada dalam kisaran Rp 16.150–Rp 16.250 per dolar AS.
Namun demikian, Sutopo mengingatkan bahwa pergerakan ini sangat sensitif terhadap rilis data ekonomi penting atau pernyataan krusial dari bank sentral global. Peristiwa-peristiwa tersebut berpotensi mengubah sentimen pasar secara tiba-tiba dan memicu volatilitas yang signifikan pada nilai tukar rupiah.