Peluang Trading Senin: Analisis & Rekomendasi Valuta Asia

Ifonti.com JAKARTA. Dinamika pasar valuta asing pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (15/8/2025), menunjukkan pergerakan yang beragam di kalangan mata uang Asia. Beberapa di antaranya terpantau melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sementara yang lain berhasil menguat di tengah sentimen pasar yang kompleks.

Melansir data Bloomberg, pasangan mata uang USD/MYR tercatat berada di level 4,2120, menunjukkan pelemahan tipis sebesar 0,005%. Senada, pasangan mata uang USD/CNY ditutup pada 7,1844, mengalami penurunan 0,04%. Demikian pula, USD/PHP terdepresiasi ke posisi 57,077, melemah sekitar 0,27%, menggambarkan tekanan yang dialami beberapa valuta Asia di hadapan dolar AS.

Namun, tidak semua mata uang Asia mengalami nasib serupa. Pasangan mata uang USD/KRW justru menunjukkan penguatan 0,09% ke 1.388,88. Begitu pula USD/SGD yang terapresiasi 0,13% ke 1,2830. Penguatan paling signifikan terlihat pada pasangan mata uang USD/JPY yang melonjak 0,39% ke level 147,19, memperlihatkan resistensi terhadap pelemahan dolar AS secara keseluruhan pada periode tersebut.

Dolar AS Melemah, Mata Uang Asia Apa yang Menarik?

Menyikapi pergerakan ini, pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, mencermati beberapa faktor kunci. Salah satu sentimen utama yang mendorong penguatan sebagian mata uang Asia pada Jumat (15/8/2025) adalah pembahasan mengenai permasalahan Ukraina antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Hal ini dianggap positif bagi pergerakan valuta Asia, terutama mengingat ancaman sebelumnya dari Trump untuk memberlakukan tarif sekunder hingga 100% terhadap negara-negara yang tetap membeli minyak dari Rusia, khususnya India dan Tiongkok. Adanya dialog ini memberikan harapan akan potensi pelonggaran ketegangan, sehingga memberikan angin segar bagi pasar.

Mata Uang Negara Berkembang Bergerak Terbatas Jelang Pertemuan Trump–Putin

Di sisi lain, spekulasi seputar potensi penurunan suku bunga oleh bank sentral AS, The Fed, semakin menguat. Ibrahim menjelaskan bahwa banyak ekonom dan analis global mengindikasikan adanya kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September. Ekspektasi ini biasanya akan melemahkan dolar AS dan memberikan dukungan pada mata uang negara berkembang.

Meskipun demikian, Ibrahim juga memandang bahwa beberapa mata uang Asia, termasuk Rupiah, sempat melemah. Kondisi ini dipicu oleh rilis data inflasi harga produsen (PPI) AS yang ternyata lebih tinggi dari perkiraan. Data PPI yang kuat dapat mengurangi urgensi The Fed untuk menurunkan suku bunga, sehingga kembali menopang dolar AS dan menekan valuta asing lainnya.

Untuk perdagangan Senin (18/8/2025), Ibrahim menaksir bahwa kurs USD/JPY akan bergerak di kisaran 149.400, sementara USD/SGD diperkirakan berada di 1.26556. Adapun kurs USD/CNY diproyeksikan sekitar 7.10815, memberikan gambaran proyeksi pergerakan mata uang utama di tengah sentimen pasar yang terus berkembang.

Ringkasan

Pada penutupan perdagangan Jumat (15/8/2025), pergerakan mata uang Asia bervariasi terhadap dolar AS. Beberapa mata uang seperti MYR, CNY, dan PHP mengalami pelemahan, sementara KRW dan SGD justru menguat. Penguatan signifikan terjadi pada JPY yang melonjak terhadap dolar AS.

Sentimen yang mempengaruhi pergerakan ini meliputi pembahasan masalah Ukraina antara Presiden AS dan Rusia yang memberikan harapan pelonggaran ketegangan. Selain itu, spekulasi penurunan suku bunga oleh The Fed melemahkan dolar AS, meskipun data inflasi harga produsen (PPI) AS yang kuat dapat menunda penurunan suku bunga tersebut. Proyeksi untuk perdagangan Senin (18/8/2025) menunjukkan perkiraan kisaran pergerakan untuk USD/JPY, USD/SGD, dan USD/CNY.