PGEO: Didukung Danantara Garap Panas Bumi, Saatnya Beli Sahamnya?

Ifonti.com JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menunjukkan potensi ekspansi yang signifikan di masa mendatang, terutama dengan dukungan strategis dari Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara untuk menggarap sejumlah proyek pembangkit panas bumi.

Kolaborasi penting ini terwujud pada awal Agustus 2025, ketika PGEO bersama PT PLN Indonesia Power (PLN IP) menandatangani Head of Agreement (HoA) yang difasilitasi oleh BPI Danantara. Kesepakatan krusial ini dirancang untuk mempercepat pengembangan panas bumi di 19 proyek, dengan total kapasitas yang ditargetkan mencapai 530 megawatt (MW).

Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Gandeng PLN IP Kembangkan Proyek Panas Bumi 530 MW

Saat ini, PGEO telah mengelola kapasitas terpasang panas bumi sebesar 1.932 MW, yang terbagi atas 727 MW sebagai kapasitas kelolaan mandiri dan 1.205 MW yang dikelola bersama mitra. Komitmen PGEO terhadap pengembangan energi terbarukan semakin kuat dengan identifikasi potensi cadangan sebesar 3 GW dari 10 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) yang dikelola secara mandiri.

Sebagai bagian dari visi jangka panjangnya, PGEO menargetkan peningkatan kapasitas terpasang mandiri dari 727 MW menjadi 1 gigawatt (GW) dalam kurun waktu dua tahun ke depan, serta ambisius untuk mencapai 1,7 GW pada tahun 2034.

Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Utama, menilai kolaborasi antara PGEO, PLN, dan Danantara sebagai langkah strategis yang fundamental dalam memperkuat peta jalan ekspansi panas bumi nasional. Ia menegaskan, “Dengan pipeline proyek sebesar 530 MW ditambah proyek bottoming units, PGEO memiliki pijakan solid untuk mencapai target 1 GW dalam 2-3 tahun ke depan.”

Meskipun prospeknya cerah, PGEO juga dihadapkan pada sejumlah tantangan yang memerlukan perhatian cermat. Ini mencakup aspek teknis eksplorasi panas bumi di wilayah terpencil, kompleksitas perizinan yang berlapis, hingga kebutuhan modal yang relatif besar dalam setiap tahapan proyek.

Ini Rekomendasi Saham Pertamina Geothermal Energy (PGEO) yang Optimasi PLTP Ulubelu

Senada dengan pandangan tersebut, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, sepakat bahwa proyek-proyek energi terbarukan, termasuk panas bumi, tergolong padat modal. Namun, ia menekankan bahwa eksekusi proyek-proyek ini adalah suatu keniscayaan mengingat transisi energi merupakan agenda global yang tak terelakkan.

Beruntungnya, langkah Bank Indonesia (BI) yang kembali memangkas suku bunga acuan menjadi 5% diharapkan dapat mempermudah akses PGEO terhadap sumber pendanaan, seperti pinjaman perbankan atau penerbitan surat utang dengan bunga yang kompetitif. Nafan menambahkan, “Ini (penurunan suku bunga) bagus untuk mendukung ekspansi bisnis penambahan kapasitas panas bumi bagi PGEO.”

Saat ini, Nafan mencermati bahwa saham PGEO sedang mengalami fase bearish consolidation. Oleh karena itu, ia merekomendasikan investor untuk melakukan wait and see terhadap saham emiten ini.

Pertamina Geothermal Energy (PGEO) Mulai Operasikan PLTP Lumut Balai Unit 2

Di sisi lain, Ekky dari Infovesta Utama memiliki pandangan yang lebih optimistis, merekomendasikan untuk membeli saham PGEO dengan target harga di kisaran Rp 1.800 hingga Rp 2.000 per saham untuk investasi jangka panjang.

Pada Kamis (21/8), saham PGEO ditutup menguat 0,35% ke level Rp 1.420 per saham. Meskipun demikian, dalam sebulan terakhir, saham PGEO mengalami penurunan signifikan sebesar 14,97%.

Ringkasan

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) didukung oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara untuk mengembangkan 19 proyek panas bumi dengan target kapasitas 530 MW, bekerja sama dengan PT PLN Indonesia Power (PLN IP). PGEO saat ini mengelola kapasitas terpasang panas bumi sebesar 1.932 MW dan menargetkan peningkatan kapasitas terpasang mandiri menjadi 1 GW dalam 2-3 tahun ke depan, serta 1,7 GW pada tahun 2034.

Kolaborasi ini dipandang strategis, namun PGEO menghadapi tantangan seperti aspek teknis eksplorasi di wilayah terpencil, kompleksitas perizinan, dan kebutuhan modal besar. Analis merekomendasikan strategi investasi yang bervariasi, dari wait and see hingga beli dengan target harga Rp 1.800 – Rp 2.000 per saham untuk investasi jangka panjang, meskipun saham PGEO mengalami penurunan dalam sebulan terakhir.