Ifonti.com JAKARTA. Lonjakan harga emas yang terus mencetak rekor tertinggi telah membawa angin segar bagi prospek bisnis emiten yang bergerak di sektor produsen emas dan logam mulia.
Menurut laporan Bloomberg, harga emas spot sempat ditutup melemah 0,81% menuju level US$ 3.659,9 per ons troi pada Rabu (17/9/2025). Meskipun terjadi koreksi minor tersebut, sehari sebelumnya emas spot telah mencetak rekor harga tertinggi baru saat ditutup di US$ 3.689,98 per ons troi. Prospek harga emas pun berpeluang melanjutkan penguatan, berpotensi menembus level US$ 3.700, seiring dengan ekspektasi pasar akan penurunan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed).
Tak hanya di pasar global, harga jual emas Antam di pasar domestik juga terpantau mengalami kenaikan signifikan, yakni Rp 10.000 menjadi Rp 2.115.000 per gram pada Rabu (17/9/2025).
Namun, di tengah gemerlapnya lonjakan harga emas dunia dan Antam, sejumlah saham emiten emas justru terpantau melemah pada perdagangan Rabu (17/9/2025). Misalnya, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang anjlok 3,89% ke level Rp 3.460 per saham.
Situasi serupa juga dialami saham PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) yang turun 3,37% ke level Rp 860 per saham, serta saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang terkikis 1,97% menjadi Rp 2.490 per saham.
Emas Makin Berkilau, Permintaan Emas Batangan Hartadinata Abadi (HRTA) Terus Naik
Lebih lanjut, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) mengalami koreksi 1,74% ke level Rp 565 per saham, dan saham PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) juga menyusut 4,42% ke level Rp 540 per saham. Menariknya, di tengah sentimen negatif tersebut, saham PT United Tractors Tbk (UNTR) justru mencatat kenaikan 1,12% ke level Rp 27.000 per saham.
Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Arinda Izzaty, menyoroti bahwa koreksi pada harga saham emiten emas ini, meskipun terjadi di tengah rekor harga emas global dan Antam, kemungkinan besar dipicu oleh aksi ambil untung (profit taking) yang dilakukan investor. Ia menjelaskan, “Sehari sebelumnya, saham-saham emas sudah melonjak tajam mengikuti kenaikan harga emas dunia, sehingga investor jangka pendek memilih merealisasikan keuntungan,” ujarnya pada Rabu (17/9/2025).
Selain faktor teknikal tersebut, Arinda menambahkan, terdapat pula sentimen lain yang membebani kinerja saham, seperti peningkatan biaya produksi dan prospek ekspansi tambang yang belum tentu sejalan dengan tren harga emas yang menguat. Ditambah lagi, volatilitas alami yang melekat pada sektor pertambangan menjadikan harga saham di sektor ini rentan terkoreksi, meskipun harga komoditas utamanya sedang melonjak.
Sementara itu, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, berpendapat bahwa kenaikan harga emas berpotensi menimbulkan ketidakseimbangan permintaan dan suplai. Ia menjelaskan, permintaan untuk emas perhiasan mungkin tertekan karena harga yang terlalu tinggi. Namun, di sisi lain, permintaan emas batangan justru diproyeksikan melejit sebagai instrumen lindung nilai (safe haven) yang populer.
Wafi meyakini bahwa emiten di sektor pertambangan emas akan sangat diuntungkan dalam kondisi pasar terkini karena mereka berpeluang memperoleh margin laba yang lebih besar. Sebagai mitigasi, emiten dapat melakukan penguncian harga (hedging), diversifikasi produk, dan efisiensi biaya produksi agar tetap kompetitif di tengah fluktuasi pasar, imbuhnya pada Rabu (17/9).
Harga Emas Cetak Rekor Baru, Saham Emiten Tambang Bergerak Variatif Selasa (16/9)
Melihat ke depan, tren kenaikan harga emas diprediksi sangat mungkin berlanjut. Hal ini selaras dengan prospek pelonggaran suku bunga acuan The Fed serta meningkatnya pamor emas sebagai aset safe haven di tengah ancaman ketidakpastian geopolitik global yang terus membayangi. Dengan tingginya harga komoditas, terdapat peluang signifikan bagi kinerja emiten emas pada semester II-2025 untuk tumbuh kembali secara signifikan, baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih. “Namun, eksekusi operasional dan volume produksi tetap menjadi kunci utama,” tegas Wafi.
Arinda juga sepakat, menyebut bahwa emiten emas yang memiliki cadangan besar dan efisiensi produksi yang baik berpeluang meraih kinerja lebih optimal di tengah tren lonjakan harga komoditas tersebut. Dari analisisnya, ia menjagokan ANTM berkat keunggulan diversifikasi komoditas yang dapat menjaga kinerjanya lebih stabil. Di samping itu, emiten yang sedang melakukan ekspansi besar, seperti MDKA dan BRMS, juga berpeluang meraih keuntungan yang lebih besar, meskipun dengan tingkat risiko yang juga tinggi. Berdasarkan evaluasi ini, Arinda merekomendasikan beli saham BRMS dan MDKA dengan target harga masing-masing di level Rp 650 per saham dan Rp 2.700 per saham.
BRMS Chart by TradingView
Di lain pihak, Wafi menyebut saham ANTM dan MDKA masih sangat menarik untuk investasi jangka menengah dan panjang, mengingat kedua emiten ini memiliki eksposur tidak hanya pada emas, melainkan juga pada nikel, bauksit, hingga tembaga. Sementara itu, saham HRTA dinilai lebih cocok untuk investasi jangka pendek karena memiliki eksposur utama pada segmen ritel untuk produk emas batangan. Secara umum, valuasi saham-saham emas saat ini relatif sudah menarik, namun masih ada ruang kenaikan harga saham seiring dengan harga emas dunia yang terus memecahkan rekor.
Ringkasan
Harga emas terus mencetak rekor tertinggi, baik di pasar global maupun domestik (Antam), yang berpotensi menguntungkan emiten produsen emas dan logam mulia. Meskipun harga emas spot sempat melemah, prospeknya tetap positif dengan potensi menembus US$ 3.700 per ons, seiring ekspektasi penurunan suku bunga The Fed. Sementara harga jual emas Antam naik signifikan menjadi Rp 2.115.000 per gram.
Meskipun harga emas naik, beberapa saham emiten emas seperti ANTM, HRTA, dan MDKA justru melemah karena aksi ambil untung investor. Analis merekomendasikan saham BRMS dan MDKA untuk dibeli, serta ANTM dan MDKA untuk investasi jangka menengah dan panjang, karena eksposur mereka tidak hanya pada emas. Kinerja emiten emas pada semester II-2025 berpeluang tumbuh signifikan seiring tingginya harga komoditas, dengan catatan eksekusi operasional dan volume produksi yang baik.