Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed Dorong Reli Bursa Asia

Ifonti.com , JAKARTA – Bursa saham Asia menunjukkan performa positif pada pembukaan awal pekan, Senin (25/8/2025). Penguatan ini dipicu oleh isyarat dari Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, mengenai potensi pemangkasan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS).

Data dari Bloomberg mengonfirmasi optimisme pasar tersebut. Indeks Topix Jepang berhasil membukukan kenaikan 0,26% ke level 3.109,03, sementara indeks Kospi Korea Selatan juga perkasa dengan penguatan 0,95% menuju level 3.198,87. Tak hanya itu, indeks MSCI Asia Pasifik tercatat menguat 0,2%, dan indeks S&P/ASX 200 Australia turut naik 0,11% mencapai level 8.977,50.

Kini, pelaku pasar secara signifikan memperkirakan peluang hingga 84% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada bulan mendatang. Prediksi ini menguat setelah Powell, dalam pertemuannya di Jackson Hole, Wyoming, mengisyaratkan bahwa bank sentral berpotensi melonggarkan kebijakan moneternya. Kebijakan ini dapat diterapkan bahkan sebelum inflasi sepenuhnya kembali ke target, terutama jika diiringi oleh pelemahan di pasar tenaga kerja.

Namun, euforia optimisme ini akan menghadapi serangkaian ujian penting pekan ini. Sorotan utama tertuju pada rilis data inflasi AS yang sangat dinanti, laporan keuangan dari raksasa teknologi Nvidia Corp., serta puncak musim laporan laba emiten di seluruh Asia.

: IHSG Dibuka Menguat 0,96% ke 7.934, Saham Bank BBNI, BBRI & BMRI Jadi Penopang

Menurut Hebe Chen, analis dari Vantage Markets, sinyal yang disampaikan oleh Powell berhasil mengubah harapan pasar menjadi sebuah realita konkret, berfungsi sebagai perekat yang menstabilkan pasar Asia yang sebelumnya sempat goyah. Bagi kalangan investor, optimisme yang baru ini memiliki potensi besar untuk menjaga selera risiko tetap tinggi hingga pertemuan The Fed berikutnya.

Di wilayah Asia, perhatian khusus kini beralih ke pasar saham China. Muncul keraguan apakah reli harga saham dapat berlanjut, mengingat bayang-bayang isu tarif dagang dan krisis properti yang masih membebani perekonomian Negeri Tirai Bambu tersebut. Meskipun demikian, Indeks Nasdaq Golden Dragon China sempat melonjak 2,7% pada Jumat lalu, dengan kontrak berjangka yang mengindikasikan potensi pembukaan yang lebih kuat untuk saham-saham di Hong Kong dan daratan China.

Homin Lee, Senior Macro Strategist di Lombard Odier Ltd. yang berbasis di Singapura, mengingatkan, “Pasar mungkin berharap, entah benar atau salah, bahwa fundamental makroekonomi akan membaik. Namun, reli tidak akan berkelanjutan jika inflasi mendekati 0% dan daya tawar harga perusahaan tertekan oleh lemahnya permintaan domestik,” seperti dilansir Bloomberg.

Sebelum pernyataan Powell yang strategis, sentimen pasar global sempat melemah drastis. Indeks S&P 500 bahkan tercatat turun selama lima hari beruntun, merupakan penurunan terpanjang sejak Januari, lantaran Wall Street meragukan prospek pemangkasan suku bunga. Akan tetapi, pidato Powell berhasil membalikkan keadaan, mendorong S&P 500 mencatat kenaikan harian terbaiknya sejak Mei.

Meski demikian, dalam pidato terakhirnya di Jackson Hole sebagai Ketua The Fed, Powell menekankan bahwa masih banyak sinyal ekonomi yang belum jelas dan memerlukan pengamatan lebih lanjut. Menurutnya, dampak tarif terhadap harga memang sudah terlihat, namun masih belum pasti apakah hal itu akan memicu inflasi yang lebih persisten.

Ia juga menyoroti kondisi pasar tenaga kerja saat ini, di mana permintaan dan pasokan tenaga kerja sama-sama mengalami penurunan, sebagai sebuah fenomena yang membingungkan dan memerlukan analisis mendalam.