Lelang Perdana Repo Obligasi Korporasi: BI Pasok Likuiditas Rp290 Miliar ke 9 Bank

Bisnis com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) menyuntikkan likuiditas jangka pendek ke pasar senilai Rp290 miliar melalui lelang perdana repurchase agreement (repo) dengan underlying obligasi korporasi.

Berdasarkan pengumuman hasil lelang dari Grup Pelaksanaan Operasi Moneter Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, bank sentral menyetujui seluruh penawaran (incoming bids) yang diajukan peserta lelang yaitu Rp290 miliar.

Lelang kali ini menggunakan underlying obligasi korporasi milik PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF. Instrumen ini memiliki tenor jangka pendek selama 7 hari, dengan tanggal setelmen pada 11 November 2025 dan akan jatuh tempo pada 18 November 2025.

: Pemerintah Gelar Lelang SUN Hari Ini (18/11), Incar Dana Rp23 Triliun

Adapun, tingkat suku bunga yang dimenangkan (weighted average rate) untuk tenor satu minggu tersebut ditetapkan di level 4,85%.

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyampaikan bahwa lelang perdana repo obligasi korporasi itu merupakan capaian sejarah. Menurutnya, selama ini BI hanya menerima repo dengan underlying surat berharga negara (SBN).

: : Minat Tinggi Tapi Serapan Mini, Ini Kata Ekonom Soal Lelang Perdana BI-FRN

Destry mengungkapkan bahwa penawaran repo obligasi SMF sebesar Rp290 miliar itu berasal dari sembilan bank. Dia pun mengakui bahwa besaran serapan dan penawaran yaitu Rp290 miliar belum terlalu signifikan.

Bagaimanapun, jumlah obligasi PT SMF yang beredar mencapai Rp25,4 triliun. Hanya saja, terdapat persyaratan seri obligasi korporasi yang bisa direpo, terutama sudah aktif diperdagangkan dalam 30 hari terakhir.

: : BI Serap Rp767 Miliar dari Lelang Perdana BI-FRN, Margin Pemenang Turun ke 0,78%

Destry pun menekankan bahwa penyerapan Rp290 miliar itu masih hasil lelang perdana. Dia meyakini lelang-lelang repo obligasi SMF ke depan akan lebih berkembang.

“Kita berharap ke depan, ini juga akan semakin marak, semakin banyak karena tadi masih ada Rp25 triliun [obligasi yang beredar], dan dari hitung-hitungan itu masih sekitar ada Rp10 triliunan sebenarnya yang eligible [memenuhi syarat],” kata Destry di Gedung AA Maramis, Kantor Kemenkeu, Jakarta, Kamis (30/11/2025).

Adapun, BI memilih obligasi milik PT SMF sebagai underlying lelang perdana repo ini karena memiliki rating yang tinggi yaitu idAAA. Ke depan, BI tidak menutup kemungkinan menerima obligasi korporasi lain untuk direpo asalkan berkualitas alias memiliki rating tinggi.

Lebih lanjut, Destry menyampaikan bahwa bank sentral membuka opsi penerimaan repo dari obligasi korporasi demi pendalaman pasar keuangan.

BI menyoroti komposisi pasar obligasi Indonesia yang masih timpang dibandingkan negara maju. BI mencatat bahwa di Indonesia, nilai obligasi korporasi hanya setara 2,1% dari PDB; jauh lebih rendah dari nilai obligasi korporasi di Korea Selatan (60,7% dari PDB), Singapura (27,06% dari PDB), maupun Jepang (16,8% dari PDB).

Tak hanya itu, Destry menyampaikan bahwa selama ini transaksi pinjam-meminjam di bank kerap tanpa ada jaminan.

“Kalau repo ini kan ada kolateral, underlying lah, sehingga ini menyebabkan pasar itu menjadi secure, menjadi aman. Kalau market-nya secure, pastikan cost-nya [biayanya] juga akan turun. Ini yang terus kami dorong,” ungkapnya.

Direktur Utama PT SMF Ananta Wiyogo menambahkan bahwa hasil lelang perdana repo obligasi korporasi terbitan perusahaannya ini bisa memberi opsi likuiditas yang lebih luas kepada pihak perbankan yang ingin mendorong pembiayaan perumahan.

Dengan demikian, sambungnya, pertumbuhan ekonomi bisa terakselerasi. Ananta mengingatkan bahwa perumahan merupakan sektor yang memiliki multiplier effect alias efek penggandaan yang besar untuk perekonomian.

“Berdasarkan kajian SMF Research Institute bersama BPS, sektor perumahan merupakan sektor yang berdampak pada 185 sektor lainnya. Setiap investasi Rp1 triliun pada sektor perumahan, terdapat peningkatan PDB sebesar kurang lebih Rp 1,9 triliun,” jelasnya.