Ifonti.com — Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed), kembali menaikkan tingkat suku bunga dana efektif untuk ketiga kalinya dalam sebulan. Kenaikan ini terjadi seiring dengan berlanjutnya proses pengurangan neraca The Fed dan tekanan yang timbul dari penyelesaian lelang surat utang Treasury AS, yang secara kolektif memperketat pasar pendanaan.
Data terbaru dari The Fed New York yang dirilis pada Jumat (17/10/2025) mengonfirmasi kenaikan suku bunga acuan efektif sebesar satu basis poin, mencapai 4,11% dari level sebelumnya 4,10%. Ini menandai pergerakan naik yang konsisten dalam beberapa waktu terakhir.
Meski demikian, level suku bunga saat ini masih berada dalam rentang target Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), yaitu antara 4% hingga 4,25%. Kisaran ini ditetapkan bulan lalu, ketika para pengambil kebijakan The Fed mengambil langkah untuk menurunkan biaya pinjaman. Tercatat, hingga bulan September, suku bunga efektif cenderung bertahan di batas bawah kisaran tersebut.
Kenaikan ini secara jelas mencerminkan eskalasi tekanan di pasar pendanaan jangka pendek. Situasi ini tidak hanya memengaruhi pasar pendanaan langsung, namun juga berpotensi menimbulkan dampak yang lebih luas pada stabilitas pasar uang dan obligasi secara keseluruhan.
Di tengah dinamika pasar yang kian ketat, muncul spekulasi yang mengemuka:
Sinyal Terbaru The Fed Siap Pangkas Suku Bunga pada FOMC Oktober 2025
Seiring dengan menipisnya likuiditas di pasar dan melonjaknya biaya pinjaman semalam, investor kini dihadapkan pada realitas ketersediaan dana tunai yang tidak lagi melimpah. Kondisi ini secara langsung mendorong peningkatan imbal hasil repo dan surat utang jangka pendek, yang pada gilirannya semakin memperketat kondisi keuangan secara keseluruhan.
Implikasi dari situasi ini adalah semakin menguatnya spekulasi bahwa The Fed mungkin terpaksa memperlambat atau bahkan menghentikan proses pengurangan neracanya lebih cepat dari jadwal semula. Langkah antisipatif ini dinilai perlu untuk meredam potensi tekanan pendanaan yang lebih parah di masa mendatang.
Faktanya, tingkat suku bunga di pasar perjanjian pembelian kembali (repo) — platform vital tempat bank dan manajer aset melakukan transaksi pinjaman dan peminjaman dana tunai secara semalam — telah menunjukkan tren peningkatan berkelanjutan sejak awal September dan kini bertahan di level yang tinggi.
Kondisi ini diperparah dengan hampir habisnya fasilitas reverse repo semalam milik The Fed, sebuah indikator krusial bagi kelebihan likuiditas di sistem keuangan. Habisnya fasilitas ini menjadikan pasar pendanaan semakin rentan terhadap volatilitas, terutama saat periode penyelesaian surat utang negara dalam volume besar.
Ketua The Fed, Jerome Powell, sebelumnya telah mengindikasikan bahwa proses pengurangan neraca akan dihentikan ketika cadangan sistemik berada “sedikit di atas” tingkat yang dianggap memadai. Tujuannya adalah untuk menjaga kondisi likuiditas tetap “longgar”, yang merupakan batas minimum krusial untuk mencegah potensi gangguan di pasar keuangan.
Dalam pernyataannya yang paling lugas hingga saat ini, Powell menyatakan optimisme bahwa bank sentral mungkin akan mencapai titik tersebut “dalam beberapa bulan mendatang”, menandakan bahwa akhir dari pengetatan kuantitatif semakin dekat.
Ringkasan
Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed), kembali menaikkan tingkat suku bunga dana efektif. Kenaikan ini seiring dengan pengurangan neraca The Fed dan tekanan dari lelang surat utang Treasury AS, yang memperketat pasar pendanaan. Data terbaru menunjukkan suku bunga acuan efektif naik satu basis poin menjadi 4,11%, meskipun masih dalam rentang target FOMC.
Kondisi ini memicu spekulasi bahwa The Fed mungkin memperlambat atau menghentikan pengurangan neracanya lebih cepat dari jadwal. Pasar pendanaan jangka pendek mengalami tekanan, dengan menipisnya likuiditas dan melonjaknya biaya pinjaman semalam. Ketua The Fed, Jerome Powell, mengindikasikan bahwa penghentian pengurangan neraca mungkin akan terjadi “dalam beberapa bulan mendatang”.