JAKARTA — Indeks penyedia global, Morgan Stanley Capital International (MSCI), dijadwalkan akan melakukan penyusunan ulang atau rebalancing indeks pada November 2025. Peristiwa ini selalu dinanti oleh para investor karena berpotensi membawa sejumlah saham baru masuk ke dalam indeks bergengsi tersebut, yang pada gilirannya dapat memicu pergerakan signifikan di pasar saham domestik.
VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, menyoroti bahwa rebalancing MSCI ini diperkirakan akan memengaruhi pergerakan IHSG. Menurut Audi, tren terkini menunjukkan bahwa konstituen dari konglomerasi cenderung menjadi pendorong utama penguatan IHSG, bahkan lebih dominan dibandingkan dengan emiten berkapitalisasi besar dari sektor keuangan. Hal ini diungkapkan Audi pada Selasa, 7 Oktober 2025.
Mengambil pelajaran dari rebalancing MSCI pada Agustus 2025, Audi memperkirakan adanya fenomena front running atau spekulasi yang dilakukan investor menjelang tanggal cut-off. Sebagai contoh, saham DSSA dan CUAN, yang saat itu menjadi konstituen baru, mengalami penguatan impresif sebesar 87% dalam kurun waktu tiga bulan terakhir. Selain itu, arus modal asing atau inflow ke kedua saham tersebut tercatat signifikan, dengan DSSA menerima Rp270 miliar dan CUAN meraup Rp1,64 triliun.
Berdasarkan data terakhir per 7 Oktober 2025, Audi menjelaskan bahwa belum ada saham yang memenuhi kriteria ketat MSCI Global Index untuk rebalancing November 2025. Kriteria tersebut meliputi kapitalisasi pasar free float di atas US$1,8 juta, porsi free float lebih dari 15%, serta likuiditas transaksi harian yang memadai. Meskipun demikian, Audi melihat adanya potensi masuknya saham SSIA dan BRMS ke dalam kategori small cap atau saham berkapitalisasi kecil, seiring dengan peningkatan likuiditas transaksi harian dan batasan free float market cap mereka.
Sementara itu, analis Samuel Sekuritas, Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman, menambahkan bahwa pengumuman resmi mengenai review indeks MSCI akan dilakukan pada 5 November 2025, dengan perubahan yang efektif berlaku mulai 25 November 2025. Samuel Sekuritas memproyeksikan bahwa saham BREN dan BRMS berpeluang besar untuk masuk ke dalam MSCI Indonesia Big Cap. Peluang BREN didukung oleh upaya perseroan untuk meningkatkan free float sahamnya. Untuk saham BRMS, Samuel Sekuritas memperkirakan bahwa jika harganya mampu reli di atas Rp800 per saham, ada kemungkinan besar statusnya akan naik dari Small Cap Index menjadi MSCI Global Standard Index.
Di sisi lain, Samuel Sekuritas juga menyoroti potensi risiko yang dihadapi oleh saham KLBF. Emiten farmasi ini berisiko dikeluarkan dari MSCI Global Standard Index apabila free-float adjusted market cap (FFMC) miliknya turun di bawah US$1,2 miliar, sebuah indikasi yang perlu dicermati investor.