IHSG Sesi I Menguat Usai Ekonomi RI Naik 5,04% Kuartal III/2025

Ifonti.com, JAKARTA — Kinerja positif kembali mewarnai bursa saham Indonesia pada penutupan sesi I hari ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat, menembus level 8.263,12, sebuah pencapaian yang terjadi usai rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III/2025 yang tercatat sebesar 5,04%, memicu optimisme di kalangan investor.

Secara lebih mendalam, IHSG mencatatkan penguatan tipis sebesar 0,26%, bergerak atraktif dalam rentang 8.181 hingga puncak 8.277 sepanjang sesi I. Volume perdagangan yang masif menjadi bukti ketertarikan investor, di mana total 22,3 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi mencapai Rp9.575 triliun.

Antusiasme pasar tercermin dari pergerakan harga saham, di mana 266 saham berhasil menguat, menunjukkan daya beli yang cukup kuat. Namun, tekanan jual juga terlihat dengan 349 saham melemah dan 192 saham lainnya stagnan. Total kapitalisasi pasar IHSG pun semakin kokoh, kini berada di level Rp15.047 triliun.

Fokus investor tak lepas dari sejumlah saham yang mencatatkan kenaikan signifikan. Saham COIN menjadi bintang utama, melesat 18,33% dan ditutup di harga Rp2.970 per saham. Tidak kalah cemerlang, GOTO turut menunjukkan performa positif dengan penguatan 8,77% ke level Rp62 per saham, sementara BRMS mengukir kenaikan 3,23%, berakhir pada Rp960 per saham.

Beberapa emiten lain juga turut menyumbang energi positif bagi IHSG. Saham BREN terpantau naik 2,44%, kini dihargai Rp9.450. Demikian pula dengan WIFI yang menguat 2,82% menuju Rp3.280, serta PTRO dengan kenaikan 0,68%, mencapai level Rp7.350.

Menyoroti dinamika pasar, Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas, memberikan pandangannya. Menurut Liza, IHSG kini mulai menunjukkan sinyal penguatan, bergerak mendekati titik tertinggi sebelumnya yang ia sebutkan pada level Rp16.800.

Liza memaparkan sejumlah katalis krusial yang diprediksi akan menjadi motor penggerak pasar hingga akhir tahun ini. Faktor-faktor tersebut mencakup evaluasi berkelanjutan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, isu penyerapan kredit perbankan yang masih belum maksimal, serta antisipasi terhadap keputusan The Fed yang diperkirakan tidak akan melakukan pemotongan suku bunga pada agenda FOMC Meeting bulan Desember mendatang.

Tak hanya itu, isu-isu teknikal pasar seperti penyesuaian free-float saham BEI dalam kerangka global index review dan langkah repositioning dana oleh investor institusi juga menjadi elemen penting yang mempengaruhi pergerakan pasar saat ini.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.