
Ifonti.com , JAKARTA — Sejumlah saham konglomerat tercatat menikmati kenaikan harga sepanjang tahun 2025. Lalu, bagaimana nasib saham-saham konglomerat pada 2026?
Customer Engagement & Market Analyst Department Head BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) Chory Agung Ramdhani mengatakan saham-saham konglomerat masih bisa menjadi pilihan setelah naik tinggi pada tahun ini. Namun, investor harus lebih selektif memilih saham-saham konglomerat tersebut.
“Di tahun 2026, strategi pada saham konglo akan bergeser dari sekadar spekulasi pertumbuhan menjadi pertumbuhan berbasis fundamental,” kata Chory dihubungi awal pekan ini.
: Saham Konglomerat BRPT, DSSA, hingga DCII Anjlok Sepekan Bikin IHSG Loyo
Chory mencatat sepanjang 2025 ini, saham-saham grup besar seperti Grup Barito, Grup Salim, maupun Grup Astra seringkali menjadi penggerak utama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Meski masih bisa menjadi pilihan, terdapat risiko pada saham konglomerat ini. Risiko tersebut seperti valuasi yang sudah mahal atau overvalued pada beberapa saham konglomerat tertentu setelah reli panjang di 2025.
: : Deretan Konglomerat Penerima Cuan Dividen Interim Alamtri (ADRO) US$250 Juta
Adapun Chory menyarankan investor untuk memilih grup konglomerasi yang memiliki eksposur kuat pada sektor yang didukung pemerintah. Sektor tersebut seperti hilirisasi dan infrastruktur digital.
“Lakukan rebalancing jika harga sudah jauh melampaui nilai intrinsiknya,” ucap Chory.
: : Tanpa Keajaiban Natal, IHSG Jelang Libur Panjang (24/12) Ditekan Saham Konglomerat
Sebagai informasi, menurut data RTI Infokom, sejumlah saham konglomerat tercatat telah menguat ratusan persen sejak awal tahun ini. Saham BRPT milik Prajogo Pangestu misalnya, telah melesat 240,22% sejak awal tahun.
Lalu saham BUVA milik Hapsoro Sukmonohadi atau Happy Hapsoro melesat 1.583,82% sejak awal tahun. Demikian juga saham milik Hashim Djojohadikusumo WIFI yang melesat 692,68% year to date (YTD) ini.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.