JAKARTA — Dunia pasar modal Indonesia kembali diwarnai pergerakan strategis yang melibatkan emiten kawasan industri. Nomura Singapore Limited secara resmi melaporkan kepemilikan saham signifikan pada PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. (BEST), sebuah langkah yang menempatkannya sebagai salah satu pemegang saham mayoritas baru.
Perubahan kepemilikan ini, yang dicatatkan pada 21 Agustus 2025, bukan melalui transaksi jual-beli langsung melainkan melalui pengalihan posisi kustodian. Nomura Singapore kini menguasai sebanyak 964,75 juta lembar saham BEST, yang setara dengan 10% dari total saham dengan hak suara di perusahaan tersebut.
Sebelumnya, Nomura Singapore tercatat tidak memiliki saham pada BEST. Perpindahan kepemilikan ini terjadi karena posisi kustodian Daiwa House Industry Co., Ltd. dialihkan ke rekening omnibus Nomura Singapore Limited yang terdaftar di Citibank N.A., cabang Jakarta. Ini mengindikasikan bahwa status kepemilikan saham tersebut bersifat tidak langsung, murni bersumber dari transfer akun kustodian tanpa adanya transaksi jual-beli langsung maupun repurchase agreement.
Dengan masuknya Nomura Singapore, struktur kepemilikan saham BEST kini semakin beragam. Selain Nomura, pemegang saham utama lainnya meliputi PT Argo Manunggal Land Development dengan porsi 48,14%, Hungkang Sutedja sebesar 0,07%, sementara 41,79% sisanya dimiliki oleh publik.
Di balik dinamika kepemilikan saham ini, PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. (BEST) menghadapi tantangan kinerja finansial yang signifikan. Emiten kawasan industri ini membukukan kinerja negatif sepanjang semester I/2025, ditandai dengan penurunan drastis pada pendapatan maupun laba bersih dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Laporan keuangan hingga akhir Juni 2025 menunjukkan bahwa pendapatan BEST anjlok 50,5% menjadi hanya Rp94,32 miliar, dari yang sebelumnya mencapai Rp190,54 miliar pada semester I/2024. Penurunan ini juga diikuti oleh beban pokok penjualan yang menyusut 44,2% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp41,48 miliar dari Rp74,33 miliar.
Akibatnya, laba kotor perseroan turut terpangkas tajam hingga 54,53% YoY, menjadi Rp52,84 miliar. Setelah memperhitungkan pendapatan dan beban lain-lain, BEST tercatat membukukan rugi bersih sebesar Rp58,53 miliar pada paruh pertama tahun ini. Angka ini sangat kontras dengan pencapaian laba bersih sebesar Rp10,91 miliar yang diraih pada periode yang sama tahun sebelumnya, menandai perubahan signifikan dalam profitabilitas perusahaan.
__________________
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.