Ifonti.com, JAKARTA — Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengungkapkan bahwa keputusan sebagian besar negara untuk tidak membalas kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjadi pilar utama yang menjaga ketahanan ekonomi global. Langkah strategis ini dinilai krusial dalam menopang stabilitas perekonomian dunia di tengah gejolak perdagangan.
Dalam sebuah acara di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia di Washington, Georgieva menekankan, “Dunia sejauh ini — dan saya tekankan sejauh ini — memilih untuk tidak melakukan pembalasan dan tetap berdagang sesuai aturan yang berlaku.” Kutipan ini, seperti dilansir Reuters pada Rabu (15/10/2025), menggarisbawahi bahwa keputusan untuk menahan diri dari retaliasi tarif berhasil mencegah eskalasi yang berpotensi melumpuhkan sistem perdagangan global.
Pernyataan Georgieva ini selaras dengan laporan terbaru World Economic Outlook, di mana IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2025 menjadi 3,2% dari perkiraan sebelumnya 3%. Kendati demikian, lembaga tersebut tidak lupa memperingatkan bahwa ancaman perang dagang baru yang dilontarkan Trump antara AS dan Tiongkok tetap menjadi risiko serius yang dapat menekan output global secara signifikan. Hal ini menunjukkan dinamika yang kompleks antara optimisme dan kewaspadaan dalam lanskap ekonomi internasional.
Georgieva turut menyoroti bahwa penurunan tarif efektif AS dari perkiraan awal juga berperan penting dalam menopang perekonomian dunia. Ia menjelaskan, tarif rata-rata yang diumumkan Donald Trump pada April lalu, yang diperkirakan mencapai 23%, berhasil ditekan menjadi sekitar 17,5% menyusul kesepakatan dagang AS dengan Uni Eropa, Jepang, dan beberapa mitra utama lainnya. Lebih lanjut, Georgieva memaparkan, “Tarif efektif yang benar-benar dipungut, setelah mempertimbangkan pengecualian agar ekonomi tetap berjalan, kami hitung berada di kisaran 9%–10%. Jadi, beban tarifnya lebih dari dua kali lebih ringan dari yang kami perkirakan sebelumnya.” Angka ini menunjukkan bahwa dampak riil dari kebijakan tarif AS jauh lebih moderat dibandingkan antisipasi awal.
Di samping faktor-faktor tersebut, pertumbuhan global juga ditopang oleh implementasi kebijakan yang lebih cermat di berbagai negara, terutama dalam mendorong pengembangan sektor swasta dan alokasi sumber daya yang lebih efisien. Tak hanya itu, ketangkasan perusahaan dalam menyesuaikan rantai pasok mereka dan mempercepat proses impor sebelum tarif baru diberlakukan, secara signifikan membantu mengurangi dampak negatif dari kebijakan perdagangan yang ada, menunjukkan adaptabilitas sektor bisnis yang tinggi.
: : Makin Panas, Trump Ancam Hentikan Perdagangan Minyak Goreng dengan China
Namun, di balik optimisme IMF, Georgieva tak luput mengingatkan akan potensi tantangan yang menguji ketahanan ekonomi global. Valuasi pasar yang terlampau tinggi, khususnya di sektor teknologi yang menjadi pendorong utama reli bursa saham sepanjang tahun ini, menjadi perhatian serius. Ia menegaskan, “Ini adalah taruhan besar. Jika berhasil, luar biasa — masalah pertumbuhan rendah akan teratasi karena produktivitas dan pertumbuhan akan meningkat. Tapi jika hasilnya lambat atau tidak terwujud sepenuhnya, apa yang akan terjadi?” Sebuah pertanyaan retoris yang menyiratkan risiko besar jika harapan terhadap sektor ini tidak terpenuhi.
Selaras dengan kekhawatiran tersebut, Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas turut menyoroti lonjakan investasi di bidang kecerdasan buatan (AI). Ia melihat adanya potensi gelembung, mirip dengan “dot-com crash” pada tahun 2000 yang sempat menghanguskan miliaran investasi ekuitas. Kendati demikian, Gourinchas berpandangan bahwa dampak dari gelembung AI ini kemungkinan tidak akan memicu krisis sistemik yang parah, sebab sebagian besar pendanaannya tidak terlalu bergantung pada utang, melainkan lebih banyak dari modal ekuitas.
: : Hadapi Tarif Trump, Bos Kadin Dorong Ekspansi Pasar dan Hilirisasi Industri
Ringkasan
Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, menyatakan bahwa ketahanan ekonomi global terjaga berkat keputusan negara-negara untuk tidak membalas tarif yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump. Keputusan ini dinilai penting dalam mencegah eskalasi yang dapat melumpuhkan sistem perdagangan global. IMF juga menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 menjadi 3,2%.
Meskipun demikian, IMF tetap mewaspadai ancaman perang dagang baru antara AS dan Tiongkok yang dilontarkan Trump, serta valuasi pasar yang terlampau tinggi, khususnya di sektor teknologi. Kepala Ekonom IMF juga menyoroti potensi gelembung investasi di bidang kecerdasan buatan (AI), meskipun dampaknya diperkirakan tidak akan separah krisis sistemik.