JAKARTA – Menjelang akhir tahun 2025, bursa saham Indonesia kembali diwarnai optimisme. Sejumlah analis memproyeksikan terjadinya “Santa Claus Rally,” sebuah dorongan penguatan pasar yang dipicu oleh berbagai stimulus pemerintah serta ekspektasi pelonggaran moneter. Prospek cerah ini kontras dengan kondisi 2024, di mana sentimen Santa Claus Rally tidak begitu terasa dalam kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Pada Desember 2024, IHSG sempat menunjukkan tanda-tanda penguatan, melonjak 5,92% ke level 7.464,75 pada tanggal 10 Desember. Namun, momentum tersebut tidak bertahan lama. IHSG justru berbalik lesu, menutup tahun pada level terkoreksi di 7.079,91. Pengalaman ini membentuk bayangan bagi prediksi tahun berikutnya.
Namun, harapan untuk akhir 2025 jauh lebih besar. Muhammad Wafi, Head of Research KISI Sekuritas, menegaskan bahwa peluang terjadinya Santa Claus Rally pada periode tersebut sangat terbuka lebar. Faktor pendorong utamanya adalah kombinasi stimulus fiskal domestik yang digelontorkan pemerintah dan sinyal pelonggaran moneter dari Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, yang berpotensi menghentikan kebijakan quantitative tightening.
“Peluangnya cukup besar. Kombinasi stimulus fiskal domestik dan sinyal Fed untuk stop quantitative tightening bikin risk-on sentimen lebih kuat dibandingkan tahun lalu yang dibebani high rate dan geopolitik,” ungkap Wafi, Minggu (16/11/2025), saat dihubungi oleh Bisnis.
Secara jangka panjang, Wafi memprediksi bahwa IHSG berpotensi mempertahankan tren penguatan hingga penutupan 2025. Meski demikian, volatilitas jangka pendek akibat aksi profit taking tetap menjadi bayangan yang perlu diwaspadai oleh investor. Sebagai gambaran, selama periode perdagangan 10–14 November 2025, IHSG sempat mencatatkan penurunan 0,29%, ditutup pada level 8.370,43. Angka ini lebih rendah dibandingkan pekan sebelumnya di 8.394,59. Namun, secara year-to-date (YtD) hingga November 2025, IHSG masih menunjukkan kinerja impresif dengan kenaikan 18,23% dari posisi awal tahun di 7.163,21.
Di tengah prospek Santa Claus Rally ini, Wafi menyoroti saham-saham perbankan besar sebagai sektor yang berpotensi paling diuntungkan. Ia melihat adanya arus dana asing yang deras masuk ke sektor ini, ditambah dengan valuasi saham-saham perbankan yang masih dianggap menarik. “Saham yang bisa dicermati, big banks seperti BBCA, BMRI, BBRI karena inflow asing masih deras dan valuasi belum mahal,” tegas Wafi.
Pandangan senada juga disampaikan oleh Liza Camelia, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas. Menurutnya, saham-saham perbankan memang layak diperhatikan menjelang Santa Claus Rally. Selain tiga saham yang direkomendasikan KISI Sekuritas, Kiwoom Sekuritas juga menambahkan BBNI ke dalam daftar rekomendasi di tengah katalis positif ini. Liza menjelaskan bahwa peluang penguatan IHSG dari Santa Claus Rally sangat terbuka lebar, salah satunya didukung oleh kebijakan pelonggaran moneter The Fed.
“Peluang Santa Claus Rally akhir 2025 cukup terbuka karena kombinasi stimulus fiskal domestik yang besar di kuartal IV dan kebijakan pelonggaran The Fed yang meningkatkan likuiditas global,” kata Liza kepada Bisnis, Minggu (16/11/2025). Ia menambahkan bahwa selama sentimen eksternal terhadap pasar saham tetap stabil, potensi penguatan IHSG tidak dapat dimungkiri.
Lebih lanjut, Liza memprediksi bahwa konsumsi rumah tangga akan turut terdorong berkat bantuan sosial yang gencar digelontorkan pemerintah, insentif pajak, dan lonjakan belanja musiman menjelang akhir tahun. Faktor-faktor ini dipercaya akan menguatkan daya beli masyarakat, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada kinerja pasar saham. Dengan mempertimbangkan berbagai sentimen positif tersebut, Kiwoom Sekuritas memproyeksikan IHSG akan bergerak di kisaran 8.600–8.700 hingga akhir 2025. “Dengan konsumsi rumah tangga terdorong bansos, insentif pajak, dan belanja musiman, IHSG berpotensi menguat pada Desember selama sentimen eksternal tetap stabil,” pungkas Liza.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.