Ifonti.com , JAKARTA — Indeks saham royal tebar dividen atau IDX High Dividend 20 tengah menghadapi periode sulit tahun ini, dengan kinerja yang terkoreksi tajam. Namun, di balik koreksi tersebut, tersimpan potensi penguatan signifikan, didorong oleh valuasi sejumlah saham konstituennya yang masih terbilang atraktif atau murah.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IDX High Dividend 20 tercatat melemah tipis 0,03% pada perdagangan Selasa (16/9/2025), mengakhiri sesi di level 485,85. Secara keseluruhan, indeks ini masih berada di zona merah, dengan penurunan akumulatif sebesar 5,1% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) sejak awal perdagangan 2025.
Penurunan kinerja IDX High Dividend 20 ini tak lepas dari performa sejumlah saham konstituen utamanya yang juga tertekan. Sebagai contoh, harga saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) telah mencatatkan pelemahan signifikan hingga 32,1% secara ytd.
Tidak hanya itu, emiten-emiten besar lainnya yang termasuk dalam indeks ini turut menunjukkan kinerja serupa. Harga saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) anjlok 18,09% ytd, PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) turun 21,4% ytd, sementara PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) juga terkoreksi 16,29% ytd.
Menanggapi kondisi ini, Head of Research PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menjelaskan bahwa lesunya kinerja IDX High Dividend 20 sepanjang tahun ini sebagian besar disebabkan oleh melemahnya sejumlah sektor dari saham konstituen. Secara spesifik, saham ADRO dan ITMG terbebani oleh siklus harga batu bara (coal) yang sedang lesu, memicu kekhawatiran investor akan potensi penurunan dividend per share (DPS).
Meskipun demikian, Liza Camelia Suryanata menegaskan kepada Bisnis pada Selasa (16/9/2025) bahwa “dividend theme atau tema dividen secara fundamental tetap menarik,” memberikan sinyal positif di tengah tekanan pasar.
Peluang penguatan IDX High Dividend 20 ke depan, menurut Liza, juga datang dari potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Kebijakan ini diharapkan dapat menjadi katalis positif yang mendorong kinerja saham-saham bank jumbo seperti BBCA dan BMRI, yang merupakan pilar penting dalam menopang indeks.
Selain itu, momentum tebaran dividen interim menjelang akhir tahun juga diyakini dapat menjadi angin segar. Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai bahwa pembagian dividen interim ini dapat dimanfaatkan untuk memacu pemulihan kinerja IDX High Dividend 20.
Nafan menambahkan kepada Bisnis pada Selasa (16/9/2025), “Terlebih, saat ini harga saham dari sejumlah konstituen IDX High Dividend 20 masih diperdagangkan di bawah nilai wajarnya (fair value),” menunjukkan potensi kenaikan yang menarik bagi investor.
Analisis data dari Bloomberg pun mengamini pandangan tersebut, menunjukkan bahwa beberapa saham royal dividen dalam IDX High Dividend 20 memang memiliki valuasi yang masih murah hingga penutupan perdagangan Selasa (16/9/2025). Secara spesifik, saham-saham ini tercatat dengan Price to Earning Ratio (PER) di bawah 10 kali dan Price to Book Value (PBV) di bawah 1 kali.
Sebagai informasi, nilai PER di bawah 10 kali secara umum diidentifikasi sebagai indikator valuasi saham yang murah atau terdiskon. Sedangkan nilai PBV di bawah satu kali seringkali dijadikan patokan bahwa suatu saham sedang mengalami undervaluation atau diperdagangkan di bawah nilai intrinsiknya.
Dengan berpegang pada kriteria tersebut, teridentifikasi beberapa saham royal dividen yang menunjukkan harga terdiskon. Ambil contoh, ITMG, salah satu konstituen IDX High Dividend 20, per Selasa (16/9/2025) memiliki PBV sebesar 0,83 kali dan PER hanya 4,57 kali, menandakan valuasi yang sangat atraktif.
Tidak hanya ITMG, saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) juga menarik dengan PBV 0,99 kali dan PER 8,51 kali. Begitu pula PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) yang memiliki PBV 0,99 kali dan PER 6,32 kali. Sementara itu, PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) menunjukkan PBV 0,81 kali dan PER 6,33 kali, semakin memperkuat daftar saham dividen bervaluasi murah yang patut dicermati.
_______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
Indeks IDX High Dividend 20 mengalami penurunan kinerja sebesar 5,1% sepanjang tahun berjalan 2025, terpengaruh oleh melemahnya sektor saham konstituen seperti ADRO dan ITMG akibat siklus harga batu bara. Meskipun demikian, tema dividen tetap menarik secara fundamental, dan potensi penurunan suku bunga BI serta momentum pembagian dividen interim diharapkan menjadi katalis positif.
Beberapa saham konstituen IDX High Dividend 20 memiliki valuasi yang murah, dengan PER di bawah 10 kali dan PBV di bawah 1 kali. Contohnya, ITMG, PGAS, INDF, dan BNGA menunjukkan valuasi yang atraktif berdasarkan indikator PBV dan PER pada 16 September 2025, menandakan potensi kenaikan bagi investor.