Teknologi Ungguli Energi: Rotasi Sektor Pasar Modal 2025 Terungkap!

Ifonti.com, JAKARTA — Pasar modal Indonesia menunjukkan dinamika sektoral yang cukup mencolok sepanjang tahun 2025. Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil membukukan pertumbuhan yang solid sebesar 7,43% sejak awal tahun, kenaikan ini nyatanya tidak terdistribusi secara merata di seluruh sektor.

Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga penutupan perdagangan Senin (11/8/2025) mengungkapkan bahwa sektor teknologi memimpin dengan lonjakan fantastis mencapai 120,84% year to date (YtD). Kinerja gemilang ini disusul oleh sektor basic materials yang menguat 31,82% YtD, serta indeks saham infrastruktur yang mencatat kenaikan sebesar 27,89% YtD.

Sementara itu, beberapa sektor lain justru tertinggal, termasuk indeks saham energi, finansial, dan konsumer. Perbedaan kinerja ini menggarisbawahi adanya pergeseran signifikan, mengingat sektor energi yang tahun lalu menjadi primadona dengan kenaikan 28,01%, kini hanya tumbuh 12,82% YtD.

: 10 Saham Pendorong IHSG Nyaris Sentuh 7.800, Ada BBRI, DCII, hingga BREN

Equity Research Analyst Panin Sekuritas, Felix Darmawan, menjelaskan bahwa lonjakan kinerja sektor teknologi banyak dipicu oleh kombinasi sentimen kebijakan positif, aliran modal yang deras, dan perubahan preferensi risiko investor. “Sektor teknologi diuntungkan oleh kebangkitan valuasi global di saham growth setelah suku bunga mulai turun, ditambah stimulus pemerintah untuk digitalisasi dan integrasi ekosistem pembayaran,” ujarnya pada Selasa (12/8/2025).

Selain faktor tersebut, aksi penawaran umum perdana saham (IPO) dan serangkaian aksi korporasi besar di sektor teknologi turut membangkitkan antusiasme pasar. Hal ini mempercepat masuknya dana investasi, tidak terkecuali dari investor asing yang tengah mencari peluang pertumbuhan tinggi di pasar negara berkembang.

Di sisi lain, Felix menilai sektor konsumer, finansial, dan nonsiklikal relatif tertinggal karena valuasi sahamnya sudah tinggi sejak awal tahun. Kondisi ini membuat ruang untuk peningkatan penilaian valuasi (rerating) menjadi sangat terbatas. Sebagai contoh, saham perbankan sempat tertekan oleh aksi jual investor asing, meskipun secara valuasi price to book value (PBV) mulai menunjukkan daya tarik. Sementara itu, pergerakan sektor konsumer dinilai lebih lambat karena dipicu oleh tekanan daya beli akibat inflasi pangan dan efek tarif perdagangan.

: : IDXInfra dan IDXTechno Pendorong Laju IHSG, Intip Ramalan Rotasi Saham Laggard

Menatap ke depan, Felix memperkirakan bahwa rotasi sektor pada kuartal IV/2025 kemungkinan besar akan mengarah pada sektor-sektor yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga dan belanja pemerintah. Menurutnya, sektor properti, konstruksi, dan perbankan berpotensi mengalami rebound jika pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) berlanjut.

Di samping itu, sektor transportasi dan logistik juga diprediksi akan menguat, didukung oleh peningkatan permintaan domestik serta ekspor nonkomoditas. Dalam menghadapi kondisi pasar yang dinamis ini, Felix menyatakan bahwa strategi alokasi aset yang relevan adalah menerapkan kombinasi strategi core-satellite. Ini berarti mempertahankan eksposur pada sektor-sektor yang terus bertumbuh, sembari memulai akumulasi saham-saham value sector yang masih tertinggal namun memiliki potensi kenaikan saat terjadi rotasi berikutnya.

“Diversifikasi antarsektor menjadi kunci, dengan fokus pada emiten berfundamental kuat, neraca keuangan sehat, dan katalis jangka pendek yang jelas, seperti perolehan kontrak baru atau rilis kinerja kuartal III/2025 yang solid,” pungkas Felix.

____________________

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

Pasar modal Indonesia pada tahun 2025 menunjukkan rotasi sektoral yang signifikan. Sektor teknologi memimpin pertumbuhan dengan lonjakan 120,84% secara year to date (YtD), diikuti oleh sektor basic materials dan infrastruktur. Sementara itu, sektor energi, finansial, dan konsumer cenderung tertinggal, mengindikasikan pergeseran dari performa tahun sebelumnya.

Kinerja sektor teknologi didorong oleh sentimen kebijakan positif, aliran modal yang deras, dan perubahan preferensi risiko investor, serta IPO dan aksi korporasi besar. Ke depan, rotasi sektor diperkirakan akan mengarah pada sektor yang sensitif terhadap suku bunga dan belanja pemerintah seperti properti, konstruksi, dan perbankan, serta transportasi dan logistik. Strategi alokasi aset yang disarankan adalah kombinasi core-satellite, dengan fokus pada emiten berfundamental kuat.