Efek The Fed, rupiah dibuka menguat ke Rp16.667 per dolar AS

Ifonti.com , JAKARTA – Nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar AS pada hari ini, Kamis (11/12/2025). Penguatan rupiah terjadi usai dini hari tadi The Fed mengumumkan penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps).

Melansir Bloomberg pukul 09.07 WIB, rupiah dibuka menguat 0,13% atau 21 poin ke Rp16.667 per dolar AS. Di saat yang sama, indeks dolar AS terkoreksi 0,22% ke 98,56.

Mayoritas nilai tukar negara Asia lainnya juga dibuka menguat pada hari ini. Misalnya baht Thailand dibuka menguat 0,31% terhadap dolar AS, ringgit Malaysia menguat 0,28%, yuan China menguat 0,09%, peso Filipina menguat 0,19%, sampai yen Jepang yang dibuka menguat 0,22% terhadap dolar AS.

: Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Hari Ini, Kamis 11 Desember 2025

Sebelumnya, Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (The Fed) pada Kamis (11/12) dini hari, atau pada Rabu (10/12) waktu setempat, mengumumkan pemangkasan suku bunga acuan 25 bps ke level 3,50%-3,75%.

“Meskipun data penting dari pemerintah federal untuk beberapa bulan terakhir belum dirilis, data yang tersedia dari sektor publik dan swasta menunjukkan bahwa prospek untuk lapangan kerja dan inflasi belum banyak berubah sejak pertemuan kami pada bulan Oktober,” ujar Ketua The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers, dikutip dari Reuters, Kamis (11/12/2025).

: : Rupiah Ditutup Lesu ke Level Rp16.688 per Dolar AS

Powell menyebut inflasi telah menurun secara signifikan dari puncaknya pada pertengahan 2022. Namun, posisi saat ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan target jangka panjang The Fed sebesar 2%. 

Sementara itu, Bloomberg melaporkan bahwa The Fed telah memperkirakan satu pemangkasan suku bunga pada 2026, dan satu lagi pada 2027 dalam proyeksi ekonomi terbaru. Namun, pandangan suku bunga tetap sangat terpecah, tujuh pejabat ingin mempertahankan suku bunga sepanjang 2026, sementara delapan mendukung setidaknya dua pemangkasan. 

: : Rupiah Dibuka Melemah Hari Ini (10/12) ke Level Rp16.692 per Dolar AS

Pejabat meningkatkan proyeksi median mereka untuk pertumbuhan pada 2026 menjadi 2,3% dari 1,8% dalam proyeksi September. Mereka juga memperkirakan inflasi menurun menjadi 2,4% tahun depan, dari 2,6% dalam proyeksi September.

Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan kebijakan moneter The Fed ke depan akan terus menjadi perhatian pasar, terutama arah kebijakan pada 2026.

Sementara sentimen dari dalam negeri adalah risiko kerentanan pasar keuangan nasional yang ditimbulkan oleh lembaga keuangan non-bank. Ibrahim bilang, Bank Indonesia menilai praktik lembaga-lembaga non-bank kini semakin berani memanfaatkan utang pemerintah negara maju sebagai aset dasar (underlying) untuk menciptakan produk derivatif yang kompleks. Masalahnya, praktik berisiko tinggi ini dilakukan tanpa pengaturan margin dan permodalan yang memadai.   

“Sebagai pengingat, krisis 2008 diawali oleh kredit macet sektor properti Amerika Serikat (AS) yang menumbangkan sejumlah korporasi keuangan, termasuk Lehman Brothers. Salah satu praktik yang menjadi rahim dari krisis adalah keputusan perbankan yang mengumpulkan dana simpanan tetapi tidak disalurkan dalam bentuk kredit,” jelasnya. 

Atas sejumlah sentimen yang ada tersebut, Ibrahim memprediksi hari ini rupiah akan bergerak fluktuatif namun akan ditutup melemah di rentang Rp16.680 sampai Rp16.720.