Ifonti.com, JAKARTA — Pergerakan saham perbankan berkapitalisasi besar, atau yang dikenal dengan istilah big bank, menunjukkan stabilitas yang lebih baik pada perdagangan hari ini. Ini terjadi setelah sebelumnya sempat berada di bawah tekanan aksi jual signifikan dari investor asing, termasuk dari JP Morgan. Dalam konteks ini, saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) muncul sebagai rekomendasi pilihan bagi investor.
Miftahul Khaer dari Tim Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia menjelaskan bahwa sentimen pasar masih diselimuti kehati-hatian. Kekhawatiran ini muncul akibat tekanan jual yang terjadi di area trendline jangka panjang sejak tahun 2020. Namun demikian, Miftahul melihat adanya peluang teknikal rebound dalam jangka pendek.
Meskipun ada potensi rebound teknikal, arah pergerakan saham bank-bank besar diperkirakan akan cenderung sideways dalam jangka pendek. Hal ini disebabkan investor yang masih menanti katalis baru untuk mendorong pasar. “Jadi, ada peluang teknikal rebound, tetapi untuk tren jangka pendek pergerakannya masih cenderung sideways karena kami kira investor masih cenderung menunggu katalis baru, terutama data ekonomi domestik dan arah suku bunga global,” terang Miftahul saat dihubungi Bisnis pada Selasa (2/9/2025).
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa prospek saham big bank tetap menarik bagi investor jangka panjang. Meskipun demikian, volatilitas dalam jangka pendek tetap perlu diantisipasi dan diperhatikan dengan seksama sebagai bagian dari strategi investasi.
Sebagai alternatif, saham bank second liner dan bank digital juga dapat menjadi pilihan bagi investor. Namun, penting untuk diingat bahwa sektor ini memiliki risiko yang lebih tinggi. Valuasi mereka relatif premium dan sangat sensitif terhadap perubahan sentimen pasar, sehingga membutuhkan analisis yang lebih cermat.
Bagi para investor yang berencana masuk ke saham perbankan, Miftahul menekankan pentingnya memperhatikan beberapa faktor kunci. Indikator utama yang harus dicermati adalah arah suku bunga, kualitas kredit perusahaan, serta eksposur terhadap pertumbuhan kredit di sektor riil. Pemahaman mendalam terhadap faktor-faktor ini akan membantu dalam membuat keputusan investasi yang lebih informatif.
Untuk rekomendasi spesifik di sektor perbankan, Kiwoom Sekuritas menyoroti saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA). Saat ini, saham BBCA terpantau berada pada area support trendline jangka panjang di kisaran harga Rp7.600–Rp7.500 per saham, menjadikannya menarik untuk dicermati.
Miftahul merekomendasikan strategi buy on weakness untuk BBCA, dengan target harga jangka pendek di Rp8.300–Rp8.500. Proyeksi target berikutnya diharapkan dapat menutup rentang di Rp8.700, serta berpotensi menuju level Rp9.000–Rp9.200 jika momentum pasar mendukung.
Di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BBCA saat ini diperdagangkan di level Rp8.000 per saham. Angka ini mencerminkan penurunan sebesar 17,31% secara year to date (YtD). Adapun, dalam kurun sepekan terakhir, saham perseroan menunjukkan pelemahan sebesar 3,03%.
______________
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.