BI Injeksi Likuiditas Lagi? Bank Banjir Dana, Rupiah Stabil?

Ifonti.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) mengisyaratkan perubahan penting dalam strategi kebijakan moneternya. Pada tahun 2026, BI berencana untuk memacu pertumbuhan kredit perbankan melalui pelonggaran kebijakan makroprudensial, sebuah langkah yang diharapkan dapat menghidupkan kembali sektor keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Sinyal positif juga datang dari sisi fiskal. Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengindikasikan dukungan aktif dari otoritas fiskal untuk meningkatkan penyaluran kredit. Salah satu langkah konkret yang telah diambil adalah pemindahan kas pemerintah di BI senilai Rp276 triliun. Langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk memastikan likuiditas yang cukup di pasar.

Menkeu Purbaya menegaskan bahwa kebijakan serupa akan dilanjutkan pada tahun mendatang. Tujuan utamanya adalah pengelolaan kas pemerintah yang lebih efisien, sehingga dana tidak mengendap di bank sentral dan dapat dimanfaatkan untuk mendorong aktivitas ekonomi.

Baca Juga: Lelang Perdana Repo Obligasi Korporasi: BI Pasok Likuiditas Rp290 Miliar ke 9 Bank

“Kami akan manage sedemikian rupa sehingga dampaknya ke pertumbuhan ekonomi optimal, dari pengelolaan cash saya saja. Saya enggak mau cash saya menganggur lagi,” ungkapnya kepada wartawan setelah acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) di Jakarta, Jumat (28/11/2025). Pernyataan ini menggarisbawahi tekad pemerintah untuk mengoptimalkan penggunaan aset negara demi kepentingan ekonomi.

Selain itu, BI berencana melanjutkan kebijakan insentif likuiditas makroprudensial pada tahun depan. Kebijakan ini dirancang khusus untuk merangsang pertumbuhan kredit perbankan, dengan harapan akan memberikan dampak positif bagi berbagai sektor ekonomi.

Baca Juga: Proyeksi Terbaru soal Likuiditas Bank Mandiri (BMRI)

Dalam pidatonya di PTBI tahun ini, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan kembali komitmen untuk mempertahankan kebijakan makroprudensial yang longgar pada tahun 2026. Target ambisius telah ditetapkan, dengan harapan pertumbuhan kredit dapat mencapai kisaran 8% hingga 12% pada tahun depan.

“Kebijakan makroprudensial longgar diperkuat tahun 2026 untuk mendorong kredit perbankan lebih tinggi lagi,” tegas Perry di hadapan Presiden Prabowo Subianto. Pernyataan ini mengirimkan pesan jelas tentang arah kebijakan BI ke depan.

Baca Juga: Permintaan Loyo jadi Biang Keladi Kredit Melambat saat Likuiditas Melimpah

Perry menjelaskan lebih lanjut bahwa fokus utama likuiditas makroprudensial tahun depan adalah mendorong penyaluran kredit ke sektor-sektor yang menjadi prioritas pemerintah. Bahkan, peningkatan jumlah insentif telah dimulai sejak Desember 2025.

“Jumlah insentif kami naikkan menjadi Rp423 triliun mulai Desember ini,” jelasnya. Langkah ini menunjukkan keseriusan BI dalam mendukung pertumbuhan ekonomi melalui sektor perbankan.

Gubernur BI yang telah menjabat selama dua periode ini menambahkan bahwa bank sentral akan memberikan insentif likuiditas makroprudensial kepada bank-bank yang lebih cepat menurunkan suku bunga mereka. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong bank untuk lebih agresif dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat dan dunia usaha.

Di sisi lain, Perry, yang juga merupakan anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) bersama Menteri Keuangan, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), akan fokus pada penanganan special rate di perbankan. Hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas dan kesehatan sektor perbankan.

“Koordinasi KSSK mendorong permintaan kredit, penguatan surveillance sistemik untuk menjaga stabilitas sistem keuangan,” pungkasnya. Koordinasi yang solid antar lembaga keuangan diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Ringkasan

Bank Indonesia (BI) mengisyaratkan pelonggaran kebijakan makroprudensial pada tahun 2026 untuk mendorong pertumbuhan kredit perbankan. Pemerintah juga mendukung dengan memindahkan kas dari BI sebesar Rp276 triliun dan berencana melanjutkan kebijakan serupa untuk pengelolaan kas yang lebih efisien dan optimalisasi penggunaan aset negara.

BI akan melanjutkan insentif likuiditas makroprudensial untuk merangsang pertumbuhan kredit, dengan target pertumbuhan kredit 8-12% pada tahun depan. Fokus utama adalah penyaluran kredit ke sektor prioritas pemerintah, dengan peningkatan insentif menjadi Rp423 triliun mulai Desember 2025, dan memberikan insentif bagi bank yang lebih cepat menurunkan suku bunga.