Kaleidoskop 2025 dari pasar modal: Kala saham teknologi jadi primadona

Ifonti.com JAKARTA — Pasar saham Indonesia mencatatkan kinerja kinclong pada 2025. Sementara, berdasarkan sektornya, saham-saham di sektor teknologi yang tergabung di IDXTECHNO menjadi paling moncer di pasar saham.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan pelemahan 0,55% ke level 8.537,91 pada perdagangan jelang akhir tahun, Rabu (24/12/2025). Namun, IHSG masih kokoh di zona hijau, menguat 20,59% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.

Adapun, menilik dari sektornya, saham-saham teknologi menjadi paling kinclong pada 2025. IDXTECHNO mencatatkan penguatan signifikan 143,55% ytd.

: KALEIDOSKOP 2025: Saham Perbankan jadi Penghuni Baru Pemberat IHSG

Sejumlah saham teknologi bahkan mencatatkan lompatan harga berkali-kali lipat atau multibagger. Saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) besutan konglomerat Hashim Djojohadikusumo misalnya melonjak 692,68% ytd. Kemudian, saham PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) milik Toto Sugiri dan Anthoni Salim lompat 443,47% ytd.

Saham lainnya PT Multipolar Technology Tbk. (MLPT) melonjak 221,62% ytd dan saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) melompat 120,53% ytd. Bahkan, saham PT Folago Global Nusantara Tbk. (IRSX) melompat 2.125,81% ytd.

: : KALEIDOSKOP 2025: Kinerja Moncer Saham DSSA, DCII, hingga BRPT jadi Motor IHSG

Di posisi kedua, sektor saham kinclong lainnya adalah saham sektor industri atau IDXINDUST menanjak 103,75% ytd. Ketiga, sektor saham kinclong lainnya adalah saham sektor infrastruktur atau IDXINFRA yang melonjak 71,3% ytd.

Multipolar Technology Tbk. – TradingView

Keempat, saham sektor basic materials atau IDXBASIC melonjak 61,34%. Kelima, saham sektor energi atau IDXENERGY melonjak 60,81%.

: : KALEIDOSKOP 2025: Perjalanan Rekor ATH IHSG 23 Kali Sepanjang 2025

Keenam, saham sektor properti dan real estate atau IDXPROPERT yang melonjak 53,13% ytd. Ketujuh, saham sektor transportasi dan logistik atau IDXTRANS menguat 47,45%.

Kedelapan, saham sektor kesehatan atau IDXHEALTH menanjak 43,69% ytd. Kesembilan, saham sektor konsumer siklikal atau IDXCYCLIC menguat 37,48% ytd. 

Di posisi paling buncit ada saham sektor keuangan dan konsumer non siklikal. Saham sektor keuangan atau IDXFINANCE hanya menguat 9,25% ytd dan saham sektor konsumer non siklikal atau IDXNONCYC hanya menanjak 8,58% ytd.

Tertinggalnya IDXFINANCE dan IDXNONCYC dibandingkan saham-saham sektor lainnya didorong oleh lesunya konstituen mereka. Saham-saham bank jumbo yang masuk di IDXFINANCE misalnya bergerak lesu tahun ini. Harga saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) turun 17,05% ytd, PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) turun 11,4%, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) turun 7,6% ytd.

Sementara, sejumlah saham di IDXNONCYC melemah di antaranya PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) melemah 11,69% ytd, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) melemah 27,47% ytd, dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) melemah 31,23% ytd.

Prospek Saham 2026

Senior Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Muhammad Farras Farhan mengatakan pada 2026 bisa saja terjadi rotasi, di mana penguatan mengarah ke saham sektor lainnya. Akan tetapi, IDXTECHNO masih mempunyai tenaga untuk tetap bertumbuh didorong oleh sejumlah sentimen.

“Kalau teknologi, key yang harus dilihat pada 2026 adalah isu merger GOTO [PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk.] dan Grab,” katanya pada beberapa waktu lalu.

Menurutnya, saham GOTO mempunyai bobot yang kuat di IDXTECHNO. Alhasil, kabar adanya aksi korporasi di GOTO akan memengaruhi kinerja indeks saham teknologi itu.

“Apabila isu merger berlanjut, bakal menjadi gambaran lanskap investasi teknologi ke depan,” ujarnya.

Isu merger sejatinya bukan baru sekali beredar. Pada 2024, misalnya, GOTO sempat dikabarkan tengah mengkaji kemungkinan merger dengan Grab.

Lalu pada November 2025, dinamika mengenai isu merger ini kembali menguat setelah Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi mengungkapkan bahwa Peraturan Presiden (Perpres) tentang ojek online tengah memasuki tahap penyempurnaan akhir.

Akan tetapi, menurut Farras yang perlu diperhatikan dalam lintasan saham teknologi adalah profitabilitas dan sustainability. 

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan mengatakan pada 2026 terdapat peluang penguatan pada saham-saham berkapitalisasi besar, terutama sektor bank jumbo yang ada di IDXFINANCE. Hal ini didorong oleh potensi aliran dana asing yang mulai menguat ke saham-saham seperti BBCA dan BMRI.

“Lingkungan suku bunga global yang lebih rendah akan menjadi katalis penting karena perbankan adalah sektor yang paling sensitif terhadap penurunan biaya dana, baik secara langsung di NIM [margin bunga bersih/net interest margin] maupun sentiment-driven melalui arus modal masuk,” kata Ekky kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu.

Dari sisi makro domestik, prospek pertumbuhan kredit, stabilitas rupiah, dan ekspektasi penurunan BI Rate juga menjadi kombinasi katalis yang kondusif bagi sektor perbankan. 

Selain itu, valuasi saat ini masih tergolong menarik. BBCA dan BMRI berada di bawah rata-rata valuasi historisnya, sehingga window re-rating cukup terbuka ketika laba kembali tumbuh positif pada 2026.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.