
Ifonti.com JAKARTA – Performa saham-saham keping biru atau blue chip masih kalah dibandingkan saham lapis dua terafiliasi konglomerat pada periode tahun berjalan. Padahal, sudah ada tenaga tambahan dari aliran masuk modal asing hingga Rp30 triliun di sepanjang semester II/2025.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp2,67 triliun pada Jumat (19/12/2025). Alhasil, akumulasi net sell investor asing sejak awal tahun menjadi Rp22,39 triliun.
Adapun, nilai net sell secara year-to-date (ytd) itu sudah jauh berkurang dari posisi net sell ytd pada 29 Juni 2025 yang mencapai Rp53,21 triliun. Dengan kata lain, investor asing sudah kembali ke pasar saham RI dengan menggelontorkan dana mencapai Rp30,82 triliun dalam enam bulan.
Namun demikian, performa saham blue chip yang tercermin lewat indeks LQ45 yang tumbuh hanya 3,25% ytd masih jauh di bawah kinerja IHSG yang sudah melejit 21,61% ytd.
: Meski LQ45 Tertinggal, Manajer Investasi Masih Optimistis Saham Blue Chip Rebound pada 2026
Kinerja indeks saham terlikuid itu bahkan jauh di bawah lonjakan harga saham-saham lapis dua di dalam ndeks IDX SMC Composite yang menanjak 49,54% ytd.
Di tengah-tengah aliran masuk (infow) dana asing di lantai bursa, sejumlah saham menjadi sasaran jual investor asing seperti saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang masih mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp5,03 triliun dalam sebulan perdagangan terakhir.
Kemudian, saham PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) mencatatkan net sell asing sebesar Rp2,06 triliun, saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencatatkan net sell asing sebesar Rp953,58 miliar, dan saham PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) mencatatkan net sell asing sebesar Rp872,6 miliar dalam sebulan.
Selain itu, saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) mencatatkan net sell asing sebesar Rp482,23 miliar, saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) mencatatkan net sell asing sebesar Rp223,18 miliar, dan PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) mencatatkan net sell asing sebesar Rp175,91 miliar dalam sebulan.
: Di Balik Kebangkitan Saham Bumi Resources (BUMI), dari Level Cepek Hingga Jadi Buruan Asing
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menjelaskan pada momen santa claus rally bulan ini, arus dana asing sebenarnya berpeluang besar mengalir ke pasar saham Indonesia. Hal ini didorong oleh penurunan suku bunga The Fed. Dengan biaya modal global yang lebih rendah, aset emerging markets seperti Indonesia menjadi lebih menarik.
“Dalam 1–2 bulan ke depan, saya melihat peluang aliran dana asing kembali meningkat, terutama jika rupiah stabil dan outlook penurunan suku bunga BI pada semester I/2026 semakin kuat,” ujar Ekky pada beberapa waktu lalu.
Adapun, Analis Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer menilai ke depan pergerakan dana asing akan cenderung lebih selektif dan berbasis fundamental. Hal ini sejalan dengan meredanya ketidakpastian suku bunga global serta ekspektasi pelonggaran moneter lanjutan dari The Fed dan Bank Indonesia.
Dengan kondisi tersebut, saham-saham bank jumbo seperti BBCA dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) diproyeksikan mendapatkan aliran deras dana asing. Dorongan dana investor asing ke saham bank jumbo juga akan dibantu oleh katalis tambahan seperti kredit yang mulai membaik, kualitas aset, dan margin profitabilitas yang mulai rebound.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.