Ifonti.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan melesat mantap menuju rekor tertinggi sepanjang masa, menargetkan level 8.000 bertepatan dengan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 mendatang. Salah satu katalis utama yang dipercaya mampu mengerek kinerja indeks tersebut adalah performa cemerlang dari saham-saham emiten yang baru melantai di bursa melalui proses initial public offering (IPO).
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG berhasil menutup perdagangan Senin (11/8/2025) di zona hijau, menguat signifikan 0,96% ke level 7.605,92. Dengan momentum positif ini, optimisme pasar terhadap target IHSG yang menyentuh 8.000 pada HUT RI ke-80 semakin menguat.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, menjelaskan bahwa salah satu faktor krusial yang dapat mendorong IHSG adalah kinerja solid emiten-emiten yang sukses menggelar IPO tahun ini. Ia menekankan pentingnya fenomena oversubscribed dalam proses penawaran umum perdana.
“Kalau terkait dinamika IPO pasti harus ada yang namanya oversubscribed jika sebuah IPO berjalan sukses. Dengan adanya oversubscribed, tentu nanti pergerakan harga saham akan terapresiasi dengan sangat baik,” kata Nafan kepada Bisnis, Senin (11/8/2025).
Untuk mencapai kondisi oversubscribed yang diidamkan, Nafan menambahkan bahwa diperlukan komitmen kuat dari perusahaan untuk secara konsisten meningkatkan performa fundamentalnya. Selain itu, penetapan harga IPO yang menarik dan kompetitif dari sisi valuasi juga menjadi kunci untuk menarik minat investor.
Nafan memproyeksikan beberapa sektor industri yang memiliki potensi besar untuk diminati di pasar IPO tahun ini, antara lain sektor keuangan, teknologi, dan material dasar. Namun demikian, ia menegaskan bahwa faktor terpenting adalah komitmen emiten terhadap tata kelola perusahaan yang baik (good governance) guna menjamin keberlanjutan bisnis mereka.
“Selama perusahaan yang mau IPO bisa menerapkan good governance dengan baik, dan tentunya nanti manfaatnya ada pada keberhasilan emiten mempertahankan kinerja fundamental secara berkelanjutan,” tegasnya.
Tahun | Jumlah Emiten IPO |
---|---|
2018 | 57 |
2019 | 55 |
2020 | 51 |
2021 | 54 |
2022 | 59 |
2023 | 79 |
2024 | 41 |
2025 | 22 (ytd per 8 Agustus 2025) |
Melihat data historis jumlah emisi saham secara tahunan, aksi IPO di pasar modal pada tahun 2025 ini tercatat relatif lebih sedikit dibandingkan periode beberapa tahun terakhir. Hingga awal Agustus 2025, tercatat sudah ada 22 emiten yang berhasil IPO, dengan 13 perusahaan lainnya masih dalam pipeline pencatatan saham yang nilai indikatifnya mencapai Rp16,65 triliun.
“IPO ini memang lebih sedikit, tapi sudah lebih berkualitas. Jadi, diharapkan ke depan kualitas IPO itu bisa semakin ditingkatkan. Ini supaya investor bisa menikmati capital gain dari dinamika IPO ini,” ujarnya, menekankan pergeseran fokus dari kuantitas ke kualitas.
Dukungan Otoritas Kebijakan Pro-Market
Untuk memastikan bahwa perusahaan yang melantai di bursa melalui IPO benar-benar merupakan perusahaan berkualitas, Nafan menilai bahwa pihak otoritas, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI), perlu secara aktif menekankan implementasi good governance dan memastikan komitmen perusahaan untuk meningkatkan kinerja fundamental secara berkesinambungan.
Merujuk pada kondisi fundamental 22 emiten yang telah IPO tahun ini, setidaknya sembilan saham perusahaan tercatat menunjukkan kinerja negatif, didominasi oleh emiten dari sektor konsumer. Dua contoh nyata adalah PT Raja Roti Cemerlang Tbk. (BRRC) yang sudah terkoreksi hingga 64,76% dari harga penawaran umum awalnya sebesar Rp210 per lembar, kini diperdagangkan di harga Rp74 per lembar. Demikian pula PT Jantra Grupo Indonesia Tbk. (KAQI), yang terkoreksi 57,62% sejak melantai di bursa, turun dari level Rp118 per lembar menjadi Rp50 per lembar saham pada perdagangan hari ini.
Nafan melanjutkan, peluang IHSG untuk menembus level 8.000 juga didukung oleh ekspektasi peningkatan kinerja fundamental emiten-emiten di semester II tahun ini. Hal ini salah satunya didorong oleh adanya peluang pelonggaran kebijakan moneter yang dapat menciptakan iklim investasi lebih kondusif.
Selain itu, kondisi makroekonomi Indonesia yang menunjukkan tren positif dengan pertumbuhan di kisaran 5% yang dapat dipertahankan, serta meredanya konflik geopolitik global, turut menjadi faktor pendorong. Namun demikian, tantangan signifikan adalah konsistensi bursa dalam berkomitmen membangun infrastruktur pasar modal yang berkelanjutan dan menegakkan supremasi hukum yang mencerminkan perlindungan penuh bagi para pelaku investor.
“Hal ini sangat penting agar meningkatkan kepercayaan pelaku investor,” tegas Nafan. Dengan demikian, langkah-langkah ini juga menjadi salah satu cara efektif untuk menarik minat investor pasar modal asing, terutama mengingat net sell investor asing secara year to date saat ini telah mencapai Rp61,86 triliun.
“Kalau investor asing, [mereka mempertimbangkan] terkait dengan emiten, penerapan good governance, kondisi makroekonomi domestik yang kondusif, dan diimbangi adanya kebijakan. Intinya, kalau BEI komitmen penuh menerapkan kebijakan pro market, pro development, maka dari itu pertumbuhan investor, khususnya asing, juga akan kembali terjadi,” pungkasnya, menggarisbawahi pentingnya dukungan regulasi dan kebijakan yang berpihak pada pertumbuhan pasar.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
IHSG diproyeksikan mencapai level 8.000 pada HUT RI ke-80, didorong oleh kinerja saham IPO. Nafan Aji Gusta dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia menekankan pentingnya oversubscribed dalam IPO dan komitmen perusahaan terhadap peningkatan fundamental dan tata kelola yang baik untuk menarik minat investor.
Jumlah emiten IPO tahun 2025 relatif lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun diharapkan lebih berkualitas. Otoritas seperti OJK dan BEI perlu menekankan good governance dan memastikan komitmen perusahaan untuk meningkatkan kinerja fundamental. Peluang IHSG menembus 8.000 juga didukung ekspektasi peningkatan kinerja emiten di semester II dan kondisi makroekonomi yang positif.