
Ifonti.com JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan aksi penggalangan dana korporasi melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) hingga rights issue pada 2026 akan kembali bergeliat.
Berdasarkan data OJK per November 2025, terdapat 189 aksi penghimpunan dana di pasar modal baik IPO, emisi obligasi, hingga rights issue. Total dana yang terhimpun mencapai Rp238,68 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan capaian penghimpunan dana sampai November 2025 itu telah melampaui target. Adapun, OJK menetapkan target penghimpunan dana di pasar modal pada 2025 sebesar Rp220 triliun.
OJK kemudian memandang aksi penghimpunan dana di pasar modal pada 2026 berpotensi lebih aktif lagi. Sebab, terdapat prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang tetap positif, stabilitas makroekonomi, serta membaiknya likuiditas di sistem keuangan.
“Kondisi tersebut berpotensi mendorong peningkatan aktivitas emisi, baik melalui IPO, obligasi, maupun aksi korporasi lainnya,” kata Inarno dalam jawaban tertulis pada Jumat (12/12/2025).
: Airlangga Sebut Banyak Sentimen Positif Sambut 13 Calon Emiten yang IPO Awal 2026
Di sisi lain, OJK juga terus mengkaji dan mengembangkan instrumen pasar modal, termasuk ETF berbasis emas, sebagai bagian dari upaya memperdalam pasar dan memperluas pilihan investasi.
Adapun ke depan, penetapan target numerik penghimpunan dana 2026 akan mempertimbangkan dinamika global dan domestik, dengan tetap mengedepankan kualitas pertumbuhan pasar modal yang berkelanjutan.
Sebelumnya, BEI pun memproyeksikan catatan kinclong penggalangan dana di pasar modal pada 2026. Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan pada 2026 BEI menargetkan 555 efek baru baik dari IPO hingga emisi obligasi. Pada tahun ini, BEI hanya menargetkan 340 efek baru, dan tercapai hampir lebih dari 140% dari target sampai dengan November 2025.
“Artinya apa? Kami optimistis dengan pertumbuhan perekonomian. Ditambah untuk perkembangan pasar modal, dari sisi investor meningkat hampir 30%,” kata Nyoman.
Ditambah kondisi pasar saham Indonesia juga sedang merekah. Indeks harga saham gabungan (IHSG) saat ini masih kokoh di zona hijau, menguat 22,33% sepanjang tahun berjalan (year to date/YtD) ke level 8.660,5 pada perdagangan hari ini, Jumat (12/12/2025).
“Berarti antara supply side dan demand side itu harmonis bergerak. Dan itu yang kami harapkan nanti memperkuat kepercayaan di pasar modal,” ujar Nyoman.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.