Asing masuk saham komoditas akhir tahun, ada BUMI hingga UNTR

Ifonti.com JAKARTA – Arus modal investor asing (foreign capital inflow) di lantai bursa deras masuk ke saham-saham emiten komoditas ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi jelang tutup tahun. 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG melemah 0,71% menjadi 8.584,78 pada Selasa (23/12) lalu. Walaupun demikian, aksi beli bersih asing justru terus masuk sebesar Rp245,59 miliar.

Melansir data Stockbit Sekuritas, dari 10 saham dengan ney buy asing terbesar kemarin, tujuh di antaranya merupakan saham emiten komoditas. Di antaranya adalah saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) yang memimpin dengan nilai Rp101,49 miliar, sampai saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dengan net buy Rp74,39 miliar.

: Saham BBCA hingga INCO Kinclong Tahan Pelemahan IHSG Pagi Ini

Sementara itu, pada perdagangan Senin (22/12) kala IHSG menguat 0,42%, terdapat net buy asing sebesar Rp1,34 triliun. Kali ini, sebanyak 8 dari 10 saham dengan net buy asing terbesar diisi saham emiten komoditas. Daftar tersebut dipimpin saham PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) dengan net buy Rp432,58 miliar, hingga saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) dengan net buy Rp92,07 miliar.

Pengamat pasar modal sekaligus Founder Republik Investor Hendra Wardana mengatakan capital inflow investor asing tersebut menjadi asa bagi IHSG untuk menyentuh level 9.000 di sisa waktu 2025 yang singat ini.

“Peluang IHSG untuk menembus level psikologis 9.000 secara realistis sangat terbatas. Secara matematis, IHSG perlu reli lebih dari 4% dalam waktu sangat singkat, sementara dari sisi teknikal, indeks justru sedang bergerak di dalam lower channel,” kata Hendra kepada Bisnis, dikutip Rabu (24/12/2025).

Tekanan ini menurutnya membuat fokus pasar bukan lagi pada target 9.000, melainkan apakah support krusial 8.560 mampu bertahan. Jika level ini jebol, IHSG berisiko turun menguji MA50 di 8.435,yang menjadi area teknikal penting sebagai penentu apakah koreksi hanya bersifat sehat atau berlanjut lebih dalam.

Menurutnya, dengan kondisi likuiditas akhir tahun yang menipis, peluang reli agresif ke 9.000 cenderung lebih bersifat wacana ketimbang skenario utama.

Dalam pekan lalu, 15-19 Desember 2025, IHSG terkoreksi 0,59% yang dibarengi dengan penurunan jumlah rata-rata transaksi harian sebesar 12,59% dari 3,20 juta kali menjadi 2,79 juta kali. Sementara itu, volume saham yang diperdagangkan juga turun 20,80% dari 59,34 miliar saham menjadi 47 miliar saham.

Hendra bilang, akumulasi yang dilakukan investor asing saat ini menjadi sinyal bahwa koreksi IHSG pada pekan lalu lebih bersifat profit taking dan konsolidasi, bukan distribusi besar-besaran. Selain itu, ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global di 2026, stabilisasi inflasi domestik, serta potensi window dressing terbatas di saham-saham big caps masih menjadi penopang psikologis pasar. 

Menurutnya, penurunan nilai dan volume transaksi harian pekan lalu terutama disebabkan oleh efek musiman akhir tahun, di mana banyak investor institusi, baik domestik maupun asing yang mulai mengurangi aktivitas perdagangan, mengamankan profit, dan menutup buku portofolio. Hal ini membuat pasar menjadi lebih sepi, volatilitas meningkat, dan pergerakan indeks sangat dipengaruhi oleh segelintir saham besar. 

“Pola serupa masih berpotensi terjadi pekan ini, namun pembedanya adalah munculnya selective buying, khususnya pada saham-saham komoditas dan second liner yang mencatatkan kenaikan signifikan, seperti INCO, FILM, VKTR, dan IMPC. Artinya, likuiditas memang menyusut, tetapi rotasi sektoral masih berjalan, bukan pasar yang benar-benar mati,” tandasnya.

: Rekomendasi Saham dan Pergerakan IHSG Hari Ini, Selasa 23 Desember 2025

Melihat kondisi pasar saat ini, menurutnya strategi yang lebih rasional bagi investor adalah tidak mengejar indeks, melainkan fokus pada saham-saham dengan cerita fundamental kuat dan likuiditas terjaga. Dalam konteks tersebut, beberapa saham emiten komoditas dan  sektor lainnya menurutnya masih menarik dicermati secara selektif. 

“ANTM tetap prospektif seiring tren positif emas dan nikel dengan target Rp3.500. BUMI menarik untuk trading buy dengan target Rp450 seiring tingginya aktivitas volume,” ujarnya.

Sementara di sektor perbankan, Hendra merekomendasikan BMRI dan BBRI untuk dikoleksi bertahap dengan target masing-masing Rp6.000 dan Rp4.500. Selain bank, Hendra juga merekomendasikan untuk mencermati HRUM dengan target Rp1.200 dan BULL di target Rp450.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.