Dana Asing Rp3,84 Triliun Masuk RI, Saham BREN-INET Jadi Incaran

Ifonti.com, JAKARTA — Pasar saham Indonesia kembali menjadi magnet kuat bagi investor asing. Arus deras dana eksternal ini tercatat signifikan dalam sepekan perdagangan terakhir, dengan sejumlah saham unggulan seperti PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) hingga PT Sinergi Inti Andalan Tbk. (INET) menjadi incaran utama aksi beli.

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), pada periode perdagangan 10-14 November 2025, pasar saham Indonesia berhasil membukukan nilai beli bersih atau net buy asing sebesar Rp3,84 triliun. Angka ini menandai kepercayaan investor global terhadap prospek ekonomi dan pasar Tanah Air.

Tren positif net buy asing ini merupakan kelanjutan dari pekan sebelumnya, 3-7 November 2025, yang juga mencatat nilai beli bersih sebesar Rp3,45 triliun. Konsistensi ini membawa dampak signifikan, yaitu menyusutnya total nilai jual bersih atau net sell asing sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) 2025 menjadi Rp34,48 triliun, sebuah indikasi pemulihan sentimen positif setelah periode penjualan.

Pada pekan lalu, beberapa saham menjadi primadona bagi investor asing. Saham BREN memimpin dengan catatan net buy asing mencapai Rp445,08 miliar dalam sepekan. Menyusul di belakangnya adalah saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) yang mengantongi net buy asing sebesar Rp431,29 miliar.

Pergerakan serupa juga terlihat pada saham PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BUMI) dengan net buy asing Rp290,22 miliar, serta PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) yang mencatatkan Rp150,12 miliar. Tak ketinggalan, saham INET turut menarik perhatian investor asing dengan akumulasi beli sebesar Rp121,32 miliar.

Analis Riset Ekuitas OCBC Sekuritas, Farell Nathanael, memproyeksikan bahwa aliran dana asing masih berpotensi besar untuk terus mengalir deras hingga akhir tahun. Hal ini didorong oleh beberapa faktor fundamental yang kuat, di antaranya kebijakan moneter Bank Indonesia.

“Bank Indonesia terus memotong suku bunga. Uangnya itu bakal ke aset-aset yang lebih berisiko, dibanding yang tidak berisiko,” jelas Farell beberapa waktu lalu, mengindikasikan bahwa penurunan suku bunga mendorong investor mencari imbal hasil lebih tinggi di aset berisiko seperti saham.

Selain itu, dukungan stimulus dari pemerintah juga menjadi katalis penting. Farell menambahkan bahwa fundamental emiten-emiten di Indonesia yang kokoh tetap menjadi pertimbangan utama investor asing dalam menanamkan modalnya.

Senada dengan pandangan tersebut, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, sebelumnya juga memperkirakan tren derasnya aliran dana asing yang terjadi dalam sebulan terakhir, khususnya sepanjang Oktober 2025, akan berlanjut hingga pengujung tahun.

“Ditambah ada ekspektasi dari fenomena window dressing dan santa claus rally. IHSG pun bisa berlanjut bullish. Secara historis, November dan Desember itu bullish, dan bisa berlanjut ke Januari tahun depan,” ungkap Nafan, optimis terhadap kinerja pasar.

Sebagai informasi, window dressing adalah strategi yang umum dilakukan oleh manajer investasi untuk mempercantik kinerja portofolio mereka sebelum dilaporkan kepada investor di akhir periode. Sementara itu, santa claus rally adalah fenomena kenaikan harga saham yang lazim terjadi pada pekan terakhir bulan Desember, seringkali didorong oleh sentimen positif akhir tahun.

Proyeksi positif ini diperkuat oleh sejumlah kebijakan stimulus fiskal pemerintah yang diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Aksi korporasi emiten, seperti pembelian kembali saham (buyback), juga turut menopang sentimen pasar. Lebih lanjut, kinerja emiten per kuartal III/2025 yang diapresiasi pasar menjadi indikator kuat daya tarik investasi di Indonesia.