Ifonti.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa yang kokoh, mencatatkan penguatan 0,91% ke level 8.124,75 pada penutupan perdagangan Kamis, 16 Oktober 2025. Sepanjang tahun berjalan (ytd) 2025, IHSG bahkan telah melesat 14,76%, memantapkan posisinya di zona hijau. Kini, pasar modal Indonesia diproyeksikan akan semakin bertenaga pada kuartal terakhir tahun ini, didorong oleh serangkaian kebijakan pemerintah yang pro-pertumbuhan, membuka peluang menarik bagi investor untuk memaksimalkan keuntungan menjelang akhir tahun.
Prospek pasar saham Indonesia pada kuartal terakhir 2025 dinilai sangat positif, meskipun volatilitas pasar berpotensi meningkat. Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto, menjelaskan bahwa optimisme ini utamanya bersumber dari arah kebijakan fiskal yang kini lebih pro-pertumbuhan serta fundamental makroekonomi nasional yang kuat. Penunjukan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan RI yang baru menandai pergeseran fokus kebijakan ke pertumbuhan ekonomi yang lebih agresif, namun tetap mengedepankan disiplin fiskal. Salah satu langkah konkretnya adalah kucuran likuiditas sebesar Rp200 triliun kepada bank-bank BUMN, dilengkapi dengan paket stimulus ekonomi dari Pemerintah Indonesia. Selain itu, sentimen positif di kuartal IV/2025 juga diperkuat oleh potensi penurunan suku bunga dan stabilitas nilai tukar. Rully menegaskan, “Investor perlu tetap adaptif terhadap dinamika global dan domestik. Secara umum, prospek pasar masih menarik.”
Dengan berbagai sentimen positif tersebut, Rully Arya Wisnubroto melihat IHSG memiliki potensi besar untuk melanjutkan penguatannya, bahkan hingga menembus level psikologis 9.000. Pendorong utama di balik proyeksi ambisius ini adalah kinerja impresif dari saham-saham multibagger konglomerat serta potensi rebalancing indeks saham global seperti Morgan Stanley Capital International (MSCI). “Jika saham-saham grup konglomerat terus naik, ditambah juga dengan MSCI, IHSG bisa naik lebih tinggi ke 8.800, bahkan 9.000, namun tetap dengan dasar fundamental,” jelas Rully, memberikan gambaran optimisme yang berbasis pada pergerakan pasar modal.
Dalam menyikapi momentum positif ini, Tim Riset Mirae Asset merekomendasikan strategi buy on weakness bagi para investor. Beberapa saham pilihan yang dianggap prospektif untuk memaksimalkan keuntungan akhir tahun mencakup: PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM), PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR), PT Mitratel Tbk. (MTEL), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA), PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF), dan PT Barito Pacific Tbk. (BRPT).
Namun, di balik optimisme tersebut, Rully juga menyoroti adanya tantangan. Ia mengakui bahwa pergerakan IHSG saat ini memang banyak ditopang oleh performa gemilang saham-saham konglomerat yang berpotensi multibagger. Meskipun demikian, Rully memperingatkan bahwa “saham-saham penggerak ini valuasinya sudah mahal, dari saham-saham konglomerat Prajogo Pangestu, Sinarmas, hingga Salim. Price to Earning (PE) ratio sudah ratusan kali, sementara fundamentalnya cenderung stagnan.” Oleh karena itu, jika saham-saham yang terafiliasi dengan konglomerat besar ini gagal melanjutkan lonjakan, IHSG diproyeksikan akan kesulitan menembus level 8.000. Hal ini disebabkan oleh kinerja sektor perbankan yang sebelumnya menjadi penopang pasar, kini justru mengalami kelesuan.
Faktanya, sejumlah saham yang terafiliasi dengan kelompok usaha konglomerat Indonesia memang telah mencatatkan kenaikan harga yang fenomenal sepanjang tahun berjalan. Sebagai contoh, saham PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) milik Toto Sugiri dan Anthoni Salim telah melesat 550,59% YTD. Tak kalah impresif, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) dari Grup Sinar Mas melonjak 210,81% YTD, sementara PT Multipolar Technology Tbk. (MLPT) dari Grup Lippo milik keluarga Riady menanjak signifikan hingga 694,59% YTD. Keperkasaan ini juga terlihat pada saham besutan taipan Prajogo Pangestu, yakni BRPT dan PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA), yang masing-masing mencatatkan lonjakan harga 327,17% YTD dan 926,32% YTD.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
IHSG menunjukkan penguatan signifikan sepanjang tahun 2025 dan diproyeksikan akan terus meningkat didorong oleh kebijakan fiskal pro-pertumbuhan dan fundamental makroekonomi yang kuat. Penunjukan Menteri Keuangan yang baru serta kucuran likuiditas dan paket stimulus diharapkan semakin memperkuat pasar modal Indonesia di kuartal terakhir.
Mirae Asset merekomendasikan strategi buy on weakness dengan saham-saham pilihan seperti TLKM, TOWR, MTEL, JPFA, KLBF, dan BRPT. Namun, investor juga perlu mewaspadai valuasi saham konglomerat yang sudah tinggi dan potensi dampaknya terhadap IHSG jika kinerjanya tidak berkelanjutan.