
JAKARTA – Pasar saham Indonesia kembali memukau investor dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sukses menembus rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) baru. Pencapaian gemilang ini turut diiringi oleh lonjakan harga saham emiten-emiten blue chips, menandai fase reli yang kuat di bursa.
Data dari RTI Infokom menunjukkan, pada penutupan perdagangan Rabu (5/11/2025), IHSG menguat signifikan sebesar 0,93% dan parkir di level 8.318,52. Angka ini merupakan rekor penutupan tertinggi sepanjang sejarah bursa, setelah indeks sempat bergerak dalam rentang 8.181 hingga 8.318 sepanjang hari.
Dengan pencapaian tersebut, IHSG tercatat telah melonjak 17,49% secara year-to-date (YtD) dan naik 2,19% dalam kurun waktu sebulan terakhir. Kinerja yang lebih impresif ditunjukkan oleh indeks IDX30, yang merupakan barometer bagi saham-saham blue chips, dengan melaju 8,33% dalam sebulan terakhir.
Kinerja cemerlang IDX30 ini tak lepas dari lonjakan harga saham yang dialami oleh sebagian besar konstituennya. Tercatat, 23 dari 30 saham pengisi indeks tersebut berhasil menguat, sementara sisanya yang berjumlah 7 saham harus bergerak di zona merah selama sebulan terakhir.
Beberapa saham blue chips unggulan dari sektor perbankan menunjukkan performa luar biasa. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) meroket 16%, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) naik 11,97%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) menguat 11,5%, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) tumbuh 8,74% sepanjang bulan lalu.
Tak hanya perbankan, saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) juga mencatatkan kenaikan fantastis sebesar 44,62% dalam sebulan terakhir. Demikian pula dengan PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) yang berhasil melonjak 23,36% dari posisi bulan sebelumnya.
Apresiasi harga saham turut dinikmati oleh emiten lain seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) yang menguat 14,2%, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) dengan kenaikan 11,9%, PT Indosat Tbk. (ISAT) melesat 18,24%, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) melonjak 17,61%, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) tumbuh 17,31%, dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) yang meningkat 14,08% dalam sebulan.
IHSG Cetak Rekor ATH Baru, Investor Waspada Risiko Koreksi
Namun, tidak semua saham blue chips mengalami kenaikan. Di teritori negatif, saham emiten milik Prajogo Pangestu, PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), terpantau merosot 11%. Penurunan juga dialami oleh PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) yang anjlok 12,71% dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) yang melemah 6,58%.
Selain itu, saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), afiliasi konglomerat Anthoni Salim, serta PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) juga bergerak di zona merah, masing-masing dengan penurunan 8,42% dan 11,55% dalam sebulan terakhir.
Menanggapi fenomena ini, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, berpendapat bahwa saham-saham kapitalisasi besar memiliki potensi untuk terus menguat dan menjadi pendorong utama pergerakan IHSG, meskipun kontribusi dari setiap emiten mungkin tidak merata.
Liza menjelaskan, “Pendorongnya antara lain rebalancing LQ45/IDX30/IDX80 yang memicu tracking atau hedging flow pada saham-saham likuid seperti perbankan besar, telekomunikasi, dan sektor konsumen.” Pernyataan ini dikutip pada Kamis (6/11/2025).
Lebih lanjut, Liza menambahkan bahwa valuasi saham-saham blue chip tertentu saat ini berada di level yang lebih rendah dibandingkan rata-rata historis tiga hingga lima tahun terakhir. Faktor pendorong lainnya adalah proyeksi kinerja kuartal IV 2025 yang semakin jelas, serta tren pembagian dividen oleh emiten-emiten besar pada awal 2026. Permintaan dari dana domestik untuk aktivitas window dressing akhir tahun dan pendekatan quality bias dari investor asing juga menjadi penopang tambahan yang signifikan.
Liza turut menyoroti rencana free float baru MSCI sebagai sentimen penting yang memengaruhi pergerakan saham blue chips, khususnya dari kalangan emiten konglomerasi.
MSCI Tambah BREN dan BRMS ke Dalam Indeks Global Standard, Coret ICBP dan KLBF
Sebagai informasi terbaru, MSCI telah mengumumkan masuknya saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) ke dalam indeks MSCI Global Standard Indexes. Keputusan ini diambil berdasarkan periode evaluasi 5 November dan akan efektif ditetapkan pada 24 November 2025.
Melihat kondisi ini, Liza merekomendasikan strategi akumulasi bertahap pada saham-saham blue chip berkualitas yang diuntungkan oleh rebalancing dan window dressing. Ia juga menyarankan investor untuk cermat memanfaatkan volatilitas harga, yaitu dengan melakukan pembelian saat terjadi pelemahan teknikal.
Selain itu, Liza menekankan pentingnya bagi investor untuk mencermati saham emiten yang mendapat dukungan kuat dari kebijakan pemerintah. Ini termasuk program penguatan likuiditas serta berbagai inisiatif investasi oleh Danantara yang bertujuan untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional.
Senada, David Kurniawan, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), memproyeksikan bahwa IHSG berpotensi bergerak positif moderat hingga akhir 2025. Proyeksi ini ditopang oleh arus masuk selektif dari investor asing yang kini mulai melirik valuasi murah di emerging markets.
Pasar Saham RI Disebut Berpotensi Dapat Aliran Dana Asing US$50 Miliar
Menurut David, sentimen positif tersebut dipengaruhi oleh stabilitas makro domestik, tingkat inflasi yang rendah, surplus neraca dagang yang berkelanjutan, serta potensi penurunan suku bunga global. Namun, ia mengingatkan bahwa volatilitas tetap berpotensi muncul akibat penyesuaian komposisi indeks MSCI dan rotasi sektor menjelang akhir tahun, seperti disampaikannya kepada Bisnis pada Jumat (31/10/2025).
David memperkirakan bahwa saham-saham blue chips akan terus menjadi penggerak utama IHSG. Proses rebalancing indeks seperti LQ45 dan IDX30 diperkirakan akan memicu aktivitas beli yang signifikan dari reksa dana indeks dan investor institusi, menciptakan momentum teknikal dalam jangka pendek.
Selain itu, valuasi saham-saham berkapitalisasi besar (big caps) di sektor perbankan dan konsumen defensif saat ini dinilai berada di bawah rata-rata historisnya. Kondisi ini memberikan ruang upside yang menarik apabila sentimen global membaik dan arus dana investor asing kembali mengalir deras.
Ia menandaskan, “Emiten-emiten dengan fundamental kuat dan performa laba stabil, seperti BBCA, ASII, TLKM, BBRI, dan UNVR, berpotensi menjadi pilihan utama para manajer investasi dalam mempercantik portofolio menjelang akhir tahun.”
Sementara itu, Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menggarisbawahi bahwa sektor keuangan tetap menjadi tulang punggung utama pasar modal Indonesia. Prospek jangka panjang sektor ini dinilai sangat menarik, terutama pada bank-bank besar dan bank syariah yang terus menunjukkan perbaikan efisiensi dan kualitas aset.
Ekky menambahkan, “Dengan valuasi yang telah terkoreksi signifikan dan tingkat kepemilikan asing yang masih relatif rendah, sektor keuangan berpotensi besar menjadi salah satu pemimpin dalam pemulihan pasar saat sentimen positif kembali menguat.”
Kinerja Saham Emiten Indeks IDX30 Sebulan Terakhir
| Kode Saham | Kinerja Saham 1 bulan |
|---|---|
| AADI | 11.90% |
| ADRO | 14.20% |
| AMRT | -1.28% |
| ANTM | -6.58% |
| ASII | 7.30% |
| BBCA | 16% |
| BBNI | 11.50% |
| BBRI | 8.74% |
| BMRI | 11.97% |
| BRPT | -11% |
| CPIN | 1.69% |
| GOTO | 8.77% |
| ICBP | -8.42% |
| INCO | 7.13% |
| INDF | 0.35% |
| INKP | -1% |
| ISAT | 18.24% |
| ITMG | 4.89% |
| JPFA | 17.31% |
| KLBF | 23.36% |
| MBMA | 4.88% |
| MDKA | 14.08% |
| MEDC | -11.55% |
| PGAS | 4.28% |
| PGEO | -12.71% |
| PTBA | 3.03% |
| SMGR | 3.32% |
| TLKM | 17.61% |
| UNTR | 2.27% |
| UNVR | 44.62% |
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.