IHSG Sentuh 8.000! Asing Jual Besar BBCA, BMRI: Apa Artinya?

IHSG Tembus 8.000: Sentimen Positif di Tengah Arus Kapital Asing yang Keluar

Pasar saham Indonesia menunjukkan kinerja impresif dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terus berada di atas level 8.000. Meski demikian, fenomena menarik terjadi: kenaikan IHSG ini belum sepenuhnya mencerminkan kepercayaan investor asing, yang justru masih mencatatkan net sell atau penjualan bersih.

Pada penutupan perdagangan Rabu, 17 September 2025, IHSG mencapai rekor baru 8.025,179, diiringi rekor kapitalisasi pasar senilai Rp14.516 triliun. Momentum positif berlanjut pada sesi I perdagangan Kamis, 18 September 2025, dengan IHSG menguat 0,27% atau 21,42 poin ke level 8.046,60. Kenaikan ini menunjukkan performa IHSG yang sangat kuat sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), mencapai 13,65% sejak perdagangan perdana 2025.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, memberikan apresiasi atas kinerja IHSG yang mengesankan. Menurutnya, penguatan ini didukung oleh kebijakan strategis pemerintah yang berhasil menjaga fundamental ekonomi dan menciptakan sentimen positif di pasar. Ia juga menekankan sinergi kuat antara BEI, pelaku industri pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Pemerintah Indonesia sebagai kunci keberhasilan ini. “Kinerja impresif IHSG ini merupakan hasil sinergi erat antara berbagai pihak,” ujar Iman dalam keterangan tertulisnya.

Penguatan IHSG juga dipengaruhi oleh pelonggaran kebijakan moneter global dan domestik. The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4%–4,25%, diikuti Bank Indonesia (BI) yang juga menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin ke level 4,75%. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun, di balik angka-angka positif IHSG, aliran dana asing masih menunjukkan tren negatif. Penjualan bersih asing mencapai Rp151,85 miliar pada perdagangan Rabu, 17 September 2025, dan total mencapai Rp61,2 triliun sepanjang tahun 2025. Beberapa saham emiten besar mencatatkan net sell asing yang signifikan, terutama saham-saham bank jumbo seperti BBCA (Rp566,29 miliar pada perdagangan kemarin dan Rp27,5 triliun ytd), BMRI (Rp269,47 miliar dan Rp16,1 triliun ytd), dan BBNI (Rp31,27 miliar dan Rp3,84 triliun ytd). Di luar sektor perbankan, BRMS mencatatkan net sell asing sebesar Rp3,46 triliun ytd, dan KLBF sebesar Rp1,84 triliun ytd.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, mengungkapkan optimismenya. Menurut Nico, pemangkasan suku bunga akan menarik kembali aliran modal asing (capital inflow) ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. BI pun akan memiliki ruang lebih untuk menurunkan suku bunga, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat. Ia menambahkan bahwa hampir semua sektor, mulai dari properti, energi, teknologi, barang konsumsi, industri, hingga transportasi dan logistik, akan mendapatkan sentimen positif dari langkah ini.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

IHSG mencatatkan rekor dengan menembus level 8.000, didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat dan kebijakan pemerintah yang positif. Penguatan ini juga dipicu oleh pelonggaran kebijakan moneter baik global maupun domestik, dengan pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan Bank Indonesia. Kinerja IHSG sepanjang tahun berjalan (ytd) menunjukkan kenaikan signifikan sebesar 13,65% sejak awal tahun 2025.

Meskipun IHSG menguat, terjadi penjualan bersih (net sell) oleh investor asing yang mencapai Rp151,85 miliar pada 17 September 2025 dan total Rp61,2 triliun sepanjang tahun. Saham-saham perbankan besar seperti BBCA dan BMRI mengalami net sell asing yang signifikan. Optimisme tetap ada bahwa pemangkasan suku bunga akan menarik kembali aliran modal asing ke Indonesia dan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.