JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkapar dengan penurunan tajam 2,57% pada perdagangan hari ini, dipicu oleh koreksi masif pada saham-saham milik sejumlah konglomerat besar. Penurunan drastis ini menyeret beberapa emiten, termasuk PT Multipolar Technology Tbk. (MLPT) dari Grup Lippo dan PT Jhonlin Agro Raya Tbk. (JARR) besutan Haji Isam, yang bahkan terlempar ke jajaran saham paling merugi atau top losers.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG secara resmi ditutup melemah signifikan 2,57% ke level 7.915,66. Sepanjang hari, pergerakan IHSG menunjukkan volatilitas tinggi, mencapai titik terendah di 7.854,31 namun sempat menyentuh level tertinggi di 8.140,60 sebelum akhirnya terjerembab pada penutupan.
Total nilai transaksi yang diperdagangkan pada hari ini mencapai angka fantastis Rp28,43 triliun, dengan volume transaksi mencapai 39,47 miliar lembar saham, dan frekuensi transaksi sebesar 2,66 juta kali. Kapitalisasi pasar modal Indonesia sendiri tercatat sebesar Rp14.746 triliun, menunjukkan skala pasar yang besar meskipun dilanda koreksi.
Kondisi pasar yang muram tercermin dari dominasi saham-saham yang melemah; sebanyak 617 saham menanggung kerugian, berbanding jauh dengan hanya 135 saham yang berhasil menguat, sementara 204 saham lainnya tetap stagnan tanpa perubahan berarti.
Beban utama yang menyeret indeks komposit adalah koreksi tajam pada harga saham emiten-emiten konglomerat. Dari deretan entitas afiliasi Prajogo Pangestu, PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) terpukul anjlok 7,12%, disusul PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) yang ambruk 8,72%, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) yang jeblok hingga 9,66%, PT Petrosea Tbk. (PTRO) merosot 5%, dan PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) yang terkoreksi 5,1%.
Koreksi ini juga tidak pandang bulu, bahkan melanda saham emiten afiliasi Hashim Djojohadikusumo, yakni PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI), yang performanya merosot signifikan hingga 14,51%.
Lebih lanjut, deretan saham besutan konglomerat lainnya turut terperosok ke dalam daftar top losers. Di antara yang paling parah, saham MLPT dari Grup Lippo milik keluarga Riady mencatatkan kinerja terburuk, dengan harganya melorot hingga 15%.
Dua emiten yang terafiliasi dengan Haji Isam juga tak luput dari badai koreksi, sama-sama ambruk dan masuk jajaran top losers. Saham PT Pradiksi Gunatama Tbk. (PGUN) bahkan menyentuh batas auto reject bawah (ARB) dengan penurunan 14,99%, bersamaan dengan PT Jhonlin Agro Raya Tbk. (JARR) yang jeblok 14,85%.
Tidak hanya emiten konglomerat, beberapa saham lain juga mengisi daftar top losers, seperti PT Golden Flower Tbk. (POLU) yang terjun 15%, PT Mertina Berto Tbk. (MBTO) yang anjlok 14,97%, serta PT Futura Energi Global Tbk. (FUTR) dengan koreksi 14,93%.
Menanggapi fenomena ini, Pengamat Pasar Modal Indonesia, Reydi Octa, menilai koreksi yang melanda saham-saham konglomerasi hari ini sebagai sesuatu yang wajar. Menurutnya, setelah fase koreksi pada saham-saham tersebut, perhatian investor secara alami akan beralih ke saham-saham berfundamental kuat.
“Saham bluechip yang selama ini menjadi roda penggerak utama IHSG berpotensi besar menjadi tujuan rotasi investasi berikutnya,” jelas Reydi kepada Bisnis pada Jumat (17/10/2025). Ia menambahkan, arus masuk modal asing atau inflow asing tetap menjadi faktor krusial yang sangat dinantikan oleh investor untuk mendorong pergerakan saham-saham bluechip di IHSG.
Di sisi lain, Ekky Topan, seorang Investment Analyst dari Infovesta Kapital Advisori, mengemukakan bahwa pasar saham Indonesia tengah berada dalam fase distribusi. Ia menjelaskan bahwa secara teknikal, indikasi divergence sudah terlihat sejak satu hingga dua pekan sebelumnya.
Ekky juga menyoroti pemicu utama penurunan ini. “Momentum penurunannya bermula saat eskalasi perang tarif AS-China kembali memanas pekan lalu, itulah yang menjadi trigger awal,” paparnya kepada Bisnis pada Jumat (17/10/2025). Situasi ini diperparah dengan meningkatnya volatilitas di bursa global akibat kabar kredit macet yang melanda bank-bank di Amerika Serikat.
“Melihat kekhawatiran yang meningkat dan posisi keuntungan yang sudah diraih, wajar jika investor melakukan taking profit,” jelas Ekky, terutama pada emiten-emiten konglomerasi yang selama beberapa pekan terakhir menjadi motor penggerak utama pasar.
Disclaimer: Artikel ini disajikan sebagai informasi dan tidak dimaksudkan untuk mengajak pembaca membeli atau menjual saham. Segala keputusan investasi sepenuhnya merupakan tanggung jawab pribadi pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala potensi kerugian atau keuntungan yang mungkin timbul dari keputusan investasi yang diambil.
Ringkasan
IHSG mengalami penurunan signifikan sebesar 2,57% yang disebabkan oleh koreksi pada saham-saham konglomerat, termasuk Grup Lippo (MLPT) dan Haji Isam (JARR). Penurunan ini terjadi di tengah nilai transaksi yang besar, mencapai Rp28,43 triliun, dengan jumlah saham yang melemah jauh lebih banyak daripada yang menguat.
Analis pasar modal menanggapi penurunan ini dengan menyatakan bahwa koreksi pada saham konglomerat adalah hal yang wajar setelah periode kenaikan. Momentum penurunan juga dipicu oleh eskalasi perang tarif AS-China dan kekhawatiran global tentang kredit macet, mendorong investor untuk melakukan taking profit, terutama pada saham-saham yang sebelumnya menjadi penggerak utama pasar.