IHSG di fase uji daya tahan, net buy asing mengalir kencang

Ifonti.com JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup koreksi 0,55% ke 8.537 pada perdagangan terakhir pekan ini Rabu (24/12/2025). Indeks komposit jelang malam Natal 2025 disebut kehabisan tenaga di tengah katalis positif menyertai.

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan karakter pasar akhir tahun cenderung thin liquidity, sehingga level realistis IHSG di akhir tahun nanti akan ada di area 8.700 sampai 8.800. Kondisi ini dapat terbalik saat munculnya katalis eksternal yang sangat kuat dan serentak. Indikator utamanya adalah di sisa 2 hari perdagangan pekan depan, arus dana asing dan ekspektasi global melonjak.

Net buy asing dalam nilai jumbo menunjukkan positioning awal untuk 2026, terutama di saham big caps likuid seperti emiten bank besar, telekomunikasi dan energi. Ditambah, ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global pada 2026 sudah mulai di-pricing lebih awal. 

“Namun risikonya jelas, likuiditas tipis, profit taking akhir tahun, dan potensi reversal cepat jika pasar global melemah atau muncul headline negatif mendadak seperti geopolitik, yield naik, atau data AS yang mengejutkan,” ujar Liza kepada Bisnis, dikutip Rabu (24/12/2025).

Salah satu bukti loyonya pasar saham terlihat dalam kinerja semenjak sepekan yang lalu. Dalam rentang 15-19 Desember 2025, IHSG terkoreksi 0,59% dan dibarengi dengan penurunan jumlah rata-rata transaksi harian sebesar 12,59% dari 3,20 juta kali menjadi 2,79 juta kali. Sementara itu, volume saham yang diperdagangkan juga turun 20,80% dari 59,34 miliar saham menjadi 47 miliar saham.

“Penurunan transaksi harian pekan lalu terutama disebabkan oleh window dressing yang belum agresif, sikap wait and see investor domestik, dan libur akhir tahun yang mulai mengurangi partisipasi trader aktif,” jelasnya.

: : Tanpa Keajaiban Natal, IHSG Jelang Libur Panjang (24/12) Ditekan Saham Konglomerat

IHSG. – TradingView

: : Menakar Dampak Wacana Spin-off BSI (BRIS) bagi Bank Mandiri (BMRI)

Di tengah penurunan kinerja IHSG, tercatat net buy asing terjadi beruntun yakni sebesar Rp1,34 triliun pada hari Senin (22/12) dan Rp245,59 miliar pada perdagangan Selasa (23/12), serta Rp2,5 triliun pada jeda perdagangan hari ini (24/12/2025). Jumlah ini dapat bertambah atau sebaliknya berkurang setelah perhitungan akhir hari.

Lisza bilang, akumulasi asing ini sifatnya pembelian selektif, bukan broad-based rally, sehingga volume perdagangan tidak melonjak yang dapat mengerek laju indeks komposit.

“Pekan depan kemungkinan masih serupa, atau bahkan lebih tipis. Pembedanya hanya pada volatilitas intraday yang bisa lebih tinggi karena order book dangkal. Jadi indeks bisa naik, tapi tanpa tenaga volume yang kuat,” pungkasnya.

Sementara itu, Pengamat pasar modal sekaligus Founder Republik Investor, Hendra Wardana menjelaskan bahwa secara teknikal indeks komposit pada perdagangan Selasa (23/12) lalu sedang bergerak di dalam lower channel sebelum ditutup melemah ke 8.584. Dari basis tersebut, level 8.560 bakal menjadi support krusial.

Apabila level support tersebut jebol, Hendra menakar IHSG berisiko bisa turun menguji MA50 di 8.435, yang menjadi area teknikal penting sebagai penentu apakah koreksi hanya bersifat sehat atau berlanjut lebih dalam. 

“Dengan kondisi likuiditas akhir tahun yang menipis, peluang rally agresif ke 9.000 cenderung lebih bersifat wacana ketimbang skenario utama,” jelas Hendra.

Meskipun ada katalis positif berupa capital inflow di pasar saham, dari sisi risiko Hendra melihat terjadi pelemahan nilai tukar rupiah ke area Rp16.770 sampai Rp16.790. Selain itu, investor masuk mode hati-hati menjelang tutup buku, serta risiko aksi jual di saham-saham berkapitalisasi besar yang punya bobot berat di IHSG.

“Secara teknikal jangka pendek, IHSG saat ini berada di fase uji daya tahan. Support kuat berada di 8.560–8.435, sementara resistance terdekat di 8.770–8.800. Selama indeks masih mampu bertahan di atas MA50, koreksi dapat dipandang sebagai pullback sehat sebelum memasuki tahun baru,” pungkasnya.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.