IHSG Menguat! Kapan Capital Outflow Berakhir? Cek Prediksi 2025

Ifonti.com , JAKARTA — Pasar keuangan Indonesia menunjukkan sinyal positif seiring meredanya tekanan arus keluar dana asing yang sempat membayangi pada Agustus dan awal September 2025. Kondisi politik yang semakin kondusif kini dipandang membuka peluang lebar bagi kembalinya investor ke bursa domestik.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing mencatatkan akumulasi jual bersih atau net sell sebesar Rp53,43 triliun secara year to date (YtD) hingga Selasa (2/9/2025). Namun, di tanggal yang sama, nilai jual bersih harian asing signifikan menurun, hanya mencapai Rp330 miliar. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan transaksi sebelumnya yang sempat menembus Rp2,15 triliun, mengindikasikan perlambatan tekanan jual.

Nafan Aji Gusta, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, membenarkan bahwa awal September masih diwarnai tekanan arus keluar dana asing. Kendati demikian, ia menyoroti bahwa stabilnya situasi keamanan dan politik nasional kini berperan sebagai katalis positif yang kuat bagi pasar saham Indonesia.

Lebih lanjut, Nafan menjelaskan, dengan kondisi makroekonomi dan politik yang stabil, para investor kini mulai mencermati berbagai katalis positif yang siap mendongkrak performa pasar pada semester kedua 2025. Salah satu faktor kunci adalah potensi Federal Reserve (The Fed) untuk melonggarkan kebijakan moneternya, yang diperkirakan bisa dimulai pada bulan September mendatang.

Menurut Nafan, jika terwujud, kebijakan pelonggaran moneter dari The Fed akan mengalirkan likuiditas yang lebih besar ke pasar keuangan global. Dampak langsungnya adalah penurunan biaya pinjaman, yang secara signifikan akan mendukung sentimen positif terhadap aset-aset berisiko di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Tak hanya itu, Bank Indonesia (BI) pun diperkirakan akan mengikuti langkah The Fed dengan melanjutkan kebijakan moneter yang pro-pertumbuhan. Potensi pemangkasan BI Rate sebanyak satu hingga dua kali lagi hingga akhir tahun ini dinilai sebagai prospek yang sangat terbuka, memberikan dorongan tambahan bagi perekonomian nasional.

Dari ranah domestik, Nafan menyampaikan bahwa percepatan realisasi belanja pemerintah menjadi stimulus krusial bagi perekonomian. Langkah ini dianggap mampu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah gejolak dan ketidakpastian global.

“Kombinasi strategis antara percepatan belanja pemerintah dan stimulus moneter ini diharapkan mampu menjaga stabilitas ekonomi nasional, memproyeksikan pertumbuhan di kisaran 5% sepanjang tahun 2025,” pungkas Nafan kepada Bisnis, Rabu (3/9/2025), optimistis.

Sejalan dengan berbagai sentimen positif tersebut, kinerja emiten juga diproyeksikan akan membaik signifikan pada semester II/2025. Proyeksi laba yang lebih progresif dari perusahaan-perusahaan domestik diyakini akan menjadi katalisator penting yang menarik kembali aliran masuk dana asing ke pasar saham domestik.

Meski demikian, Nafan menekankan pentingnya bagi pemerintah dan emiten untuk terus memperkuat praktik tata kelola perusahaan yang baik (good governance). Hal ini krusial untuk membangun dan meningkatkan kepercayaan investor, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.

Dengan dukungan fundamental ekonomi yang solid dan serangkaian katalis positif yang membayangi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan tetap berada dalam tren penguatan atau uptrend hingga akhir tahun, memberikan harapan cerah bagi para pelaku pasar.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

Pasar keuangan Indonesia menunjukkan sinyal positif dengan meredanya tekanan *capital outflow* yang sempat terjadi. Kondisi politik yang stabil dan potensi pelonggaran moneter oleh The Fed dan Bank Indonesia menjadi katalis positif. Investor mulai mencermati prospek di semester kedua 2025, dengan percepatan realisasi belanja pemerintah sebagai stimulus krusial.

Kinerja emiten diproyeksikan membaik di semester II/2025, menarik kembali aliran dana asing ke pasar saham domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan terus mengalami *uptrend* hingga akhir tahun. Pemerintah dan emiten perlu memperkuat *good governance* untuk meningkatkan kepercayaan investor.