BI Injeksi Likuiditas Lagi? Bank Banjir Dana, Rupiah Stabil?
Bank Indonesia akan melonggarkan kebijakan likuiditas makroprudensial pada 2026 untuk mendorong pertumbuhan kredit perbankan, dengan dukungan fiskal dari Menkeu Purbaya.
Bank Indonesia akan melonggarkan kebijakan likuiditas makroprudensial pada 2026 untuk mendorong pertumbuhan kredit perbankan, dengan dukungan fiskal dari Menkeu Purbaya.
Ekonom menilai penurunan BI Rate masih mungkin pada Desember 2025, meski ruang pelonggaran terbatas.
Bank Indonesia mengungkapkan kredit industri padat karya masih rendah, meski likuiditas perbankan berlebih. BI dan pemerintah berupaya mendorong penyaluran kredit ke sektor riil dengan insentif dan program ekonomi.
Bank Indonesia akan menerapkan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) baru mulai 1 Desember 2025 untuk meningkatkan likuiditas bank.
Bank Indonesia melaporkan uang beredar di Indonesia mencapai Rp9.771,3 triliun pada September 2025, tumbuh 8% YoY, didorong oleh peningkatan M1 dan uang kuasi.
Saham bank seperti BMRI & BBNI berpotensi rebound di era suku bunga rendah, didukung peningkatan likuiditas dan ekspektasi penyaluran kredit yang lebih tinggi.
Permintaan kredit masih rendah meski BI Rate turun, pengusaha wait and see. Suku bunga tinggi dan pemanfaatan dana internal jadi alasan utama.
BCA menyesuaikan suku bunga kredit seiring penurunan BI Rate 5%, memperhatikan kondisi pasar dan daya beli masyarakat.
Perbanas menyebutkan alasan mengapa pertumbuhan kredit belum optimal meski BI Rate telah dipangkas hingga ke level 5%.