Meneropong nasib saham paling cuan 2025, sanggup melesat lebih tinggi 2026?
Saham konglomerat seperti DCII, MORA, dan BUMI memimpin IHSG 2025. Meski valuasi premium, prospek 2026 masih dipertanyakan karena gap fundamental.
Saham konglomerat seperti DCII, MORA, dan BUMI memimpin IHSG 2025. Meski valuasi premium, prospek 2026 masih dipertanyakan karena gap fundamental.
Santa Claus Rally diprediksi menggairahkan pasar saham akhir 2025 berkat stimulus pemerintah dan pelonggaran The Fed. Saham perbankan besar jadi fokus.
Saham BREN dan BRMS jadi incaran asing usai masuk indeks MSCI, mendorong inflow dana asing ke pasar saham Indonesia. Faktor global dan domestik mendukung tren ini.
Sejumlah saham seperti BBCA dan BUKA menguat akibat buyback, namun dampaknya sementara. Buyback meningkatkan EPS dan ROE, tapi bisa menghambat ekspansi bisnis.
Masih ada saham diskon di indeks LQ45 jelang pengumuman inflasi September 2025.
PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) mendirikan anak usaha baru, PT Solusi Sinergi Borneo (SSB), di Pontianak untuk ekspansi bisnis di bidang ISP dan perdagangan.
Saham farmasi Kalbe Farma dan Sido Muncul diperdagangkan lebih rendah. Mana yang paling murah?
PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk. (AMOR) melanjutkan buyback saham senilai Rp4,5 miliar hingga 20 November 2025, guna optimalisasi modal.
Saham IPO seperti RATU dan CDIA melonjak signifikan di BEI 2025. Prospek saham ini hingga akhir tahun masih positif, namun perlu perhatikan valuasi dan fundamental.
Wall Street menguat karena harapan The Fed akan memangkas suku bunga. S&P 500 dan Nasdaq mencatat rekor, sementara Dow Jones naik signifikan.